Sabtu, 28 Maret 2009

Penyerahan Bantuan Netters untuk Nila.




RALAT TULISAN SEBELUMNYA

Ada sedikit kekeliruan atas informasi yang kami terima tentang Nila dan Keluarganya

1. Nila sekarang kelas 2 dan bukan kelas 1.
2. Ibunya bernama Yatmiati atau Bu Miati bukan Yatmiasih atau Bu Miasih

NETTER PEDULI

Setelah kisah nyata kehidupan Nila, bocah kelas 2 SDN 06 Kare Kabupaten Madiun tampil di lmimadiun.blogspot.com, dan kami kirimkan ke milist pada jumat dini hari, ada 4 netters yang membantu Nila. Mereka yang baik hati ini mengaku bernama bapak Harnanto, Ibu Fauziah, Bapak Gunarso dan Bapak Teuku Meldi.

Beliau melakukan konfirmasi ke SMS Center LMI Madiun yang kami cantumkan di lmimadiun.blogspot.com dengan nomor 081 234 200 200. kami kemudian melakukan pengecekan ke rekening yang ditunjuk diantara 10 rekening LMI Madiun.

Dari pagi hingga siang hari yang melakukan konfirmasi adalah Bapak Harnanto dan Ibu Fauziah. Dengan adanya konfirmasi ini kami memutuskan untuk menyerahkan bantuan pada sore hari. Sayangnya Jumat sore turun hujan, sementara untuk menuju rumah Nila harus menempuh jalan yang naik-turun dan berkelok-kelok. Akhirnya kami putuskan untuk menyalurkan pada sabtu pagi.

Sore hari menjelang maghrib dua netter lagi melakukan konfirmasi transfer ke sms center LMI Madiun. Bantuan 4 netter baik hati ini akhirnya kami salurkan pada sabtu 28 Maret 2009.

Jumat malam, kantor LMI kembali kedatangan seseorang warga Madiun. Beliau diminta sang adik yang bekerja di Jakarta untuk mengecek kebenaran kisah Nila. Staf yang masih di kantor menjelaskan sedetail-detailnya kondisi Nila.

Sempat staf LMI menawarkan kepada beliau untuk ikut berkunjung ke rumah Nila saat penyerahan bantuan. Akan tetapi beliau menolak. Dan mengajak ketemu lagi Sabtu malam setelah menceritakan hasil pertemuan kepada Sang Adik. Pertemuan akhirnya disepakati hari Ahad.

Sejujurnya, kami sebegai pengelola dana amanah ummat ini lebih senang jika donator bisa dating sendiri dan menyaksikan kondisi Nila dan keluarga, kami akan mengantar ke sana dengan suka hati.

PENYERAHAN BANTUAN.

Miftahurrohman-manajer LMI Madiun disertai 4 staf meluncur dari kantor LMI Sabtu 28 Maret 2009 pukul 10.00. tujuan pertama adalah menjemput Relawan LMI yang berlokasi di Kare Kabupaten Madiun yang tahu persis rut eke sana. Kami belum hafal rutenya karena baru sekali kesana dan diantar relawan tadi.

Kami Sampai di Kecamatan Kare pukul 11.30.Kami putuskan untuk makan siang dulu dilanjutkan sholat Dhuhur. Setelah cukup berbasa basi, kami segera merayap naik menuju Rumah Nila. Saat LMI dating, Nila dan Bu Miati sedang mengantar tamu yang berkunjung hingga pintu rumahnya.

Bu Miati dan Nila menyambut kami di depan rumah yang tak berhalaman ini. Kami sempat menanyakan kabar mereka berdua. Dan alhamdulillah mereka dalam keadaan baik tak kurang apapun (maksudnya sehat gitu…)

Baju yang dikenakan Nila masih seperti baju ketika digunakan untuk menerima kami saat itu. Yang berbesa adalah sang ibu, Miati. Kalau kesempatan sebelumnya Miati mengenakan pakaian alakadarnya. Alakadar yang sebenarnya. Kesempatan ini beliau mengenakan kaos warna kuning kuat yang tampak cukup pantas dikenakan. Meski kalau diamati, sebenarnya sudah cukup usang.

Tanpa banyak basa basi kami dipersilakan masuk dan kami langsung menyampaikan maksud kedatangan kami. Kami serahkan yang pertama adalah beasiswa bulan kedua yang menjadi hak Nila.

Kemudian kami sampaikan kepada mereka ada empat orang yang baik hati membantu mereka dengan menitipkan kepada LMI Madiun. 2 orang dari Jakarta, 1 orang dari Bekasi dan 1 orang dari aceh. Nila hanya diam tidak ada perubahan ekspresi. Miati, Sang Ibu mulai merona merah wajahnya.

Ketika kami sampaikan nilai yang dititipkan kepada LMI oleh 4 orang tersebut sejumlah 1.050.000, tangis Miati tak terbendung. Keharuan menyelimuti seisi rumah, 4 staf LMI, dan di depan pintu 3 Relawan LMI juga terlihat haru melihat ekspresi Bu Miati.

Diantara tangisnya yang tidak kunjung reda, Miati selalu mengucapkan, “Matur nuwun Mas… Gusti Allah sing Mbales” (Terima Kasih Mas…. Allah yang Akan membalas)

Berkali-kali, kami menegaskan bahwa kami hanya mengantarkan titipan tersebut. Dan juga kami sampaikan pesan salah satu dari empat netter yang baik hati ini, agar bantuan ini digunakan seperlunya, sisanya ditabung, barangkali nanti ada keperluan yang mendesak untuk dipenuhi.

Sepulang kami menyerahkan Bantuan untuk Nila dan teman-teman senasib Nila di tiga kecamatan paling tertinggal di Madiun yang berlokasi di daerah pegunungan, kami membuka sebuah Email dari netter dari NTB yang ingin membantu Sepeda untuk Bu Miati. Beliau meminta kami informasi harga sepeda di Madiun dan beliau akan mentransfer ke LMI Madiun.

Foto Penyerahan Bantuan Nila bisa Klik disini

Jumat, 27 Maret 2009

PENYERAHAN BEASISWA RUTIN PADA 220 SISWA KURANG MAMPU



LMI Madiun sering menerima kedatangan orang tua siswa kurang mampu yang mengeluhkan biaya pendidikan yang tinggi. Putra putri mereka sering menunggak biaya komite sekolah dan uang buku, sehingga saat penerimaan raport semester belum bisa melihat nilai hasil belajarnya.



Untuk meringankan beban mereka, setiap bulan LMI Madiun memberikan beasiswa kepada 220 siswa kurang mampu yang tinggal di kota dan kabupaten di Madiun mulai siswa TK sampai SMA.Beasiswa diberikan langsung pada siswa penerima beasiswa hari Kamis (26 April) di kantor LMI.



Acara yang dimulai pukul 09.00 diawali dengan beberapa pengumuman yang berkaitan dengan program bimbel dan komputer gratis. Dari berbagai macam SD, SMP dan SMA yang berbeda, mereka bergabung menjadi anak asuh LMI.



Setiap bulan mendapat santunan beasiswa dengan nominal Rp. 30.000,- untuk siswa TK & SD, Rp. 35.000,- siswa SMP dan Rp. 40.000,- siswa SMA.



Selain menerima beasiswa, penerima beasiswa juga mendapatkan pembinaan dari LMI melalui program pembinaan remaja (forum kerokhanian, café gaul, club cendikia).Dengan mengikuti pembinaan LMI diharapkan mereka bisa menjadi remaja yang berpribadi positif, berprestasi, meskipun mereka berasal dari keluarga kurang mampu.



Dari 220 siswa penerima beasiswa, 75 anak berasal dari Kare, Gemarang, dan Saradan. Kehidupan sehari-hari mereka yang memprihatinkan inilah yang menjadikan alasan relawan-relawan LMI yang ada di Kare, Gemarang dan Saradan mengusulkan ke 75 anak tersebut menjadi bagian dari penerima beasiswa LMI Madiun.



Setiap hari belum tentu mereka bisa makan nasi dan lauk, bisa makan tiwul dan gatot sebagai makanan pokok mereka sudah beruntung bagi mereka.Penghasilan sebagai buruh tani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari, sedangkan putra putri mereka butuh pendidikan yang memadai dengan harapan bisa memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.



Foto kegiatan, silakan klik disini



[mif]

LAUNCHING PROGRAM PEDULI ABANG BECAK


Ketika angkutan kota dan sepeda motor menjadi salah satu transportasi utama yang dipakai masyarakat, menyebabkan penghasilan abang becak menjadi berkurang, kondisi ini mempengaruhi kehidupan ekonomi mereka. Biaya hidup dan pendidikan yang tinggi, pendapatan sehari-hari yang tidak pasti semakin menambah beban kehidupan keluarga tukang becak.

Untuk membantu meringankan beban bapak-bapak tukang becak tersebut, hari Rabu (25/3) LMI Cabang Madiun meluncurkan satu program lagi yang berbentuk “Paguyuban Becak Sehat Sejahtera” yang beranggotakan 100 tukang becak yang setiap harinya mengais rejeki di Madiun.

Di awal kegiatan program peduli abang becak, LMI Madiun mengundang 100 tukang becak untuk menerima santunan sembako dan kaos berlogo “Paguyuban Abang Becak Sehat Sejahtera LMI Madiun.”

Acara yang diselenggarakan di kantor LMI dimulai pukul 09.00 dengan dipandu Divisi Program (Bu Yuli) kepada bapak-bapak tukang becak ini, bu Yuli mengenalkan profil LMI Madiun agar mereka mengenal LMI.

Tak lupa bu Yuli juga menyampaikan program-program yang akan digulirkan LMI untuk abang becak. Selain memberikan sembako tiap bulan, putra putri tukang becak mendapat kesempatan ikut bimbel dan komputer gratis setiap hari Senin sampai Kamis.

Di Bidang kesehatan LMI Madiun memberikan layanan berobat gratis lewat pengobatan gratis dan klinik dhuafa yang akan segera direalisasikan Insya Allah termasuk bersalin gratis nantinya.

Bagi istri-istri tukang becak akan diberikan pelatihan ketrampilan yang bisa digunakan untuk membantu menambah pendapatan sehari-hari seperti tata boga maupun kursus menjahit.

Di akhir acara ini, LMI Madiun membagikan paket sembako pada 100 tukang becak. Paket sembako yang berisi beras, gula, mie dan teh diterima setiap abang becak yang menjadi anggota “Paguyuban Becak Sehat Sejahtera”. Hingga akhir acara pembagian sembako dan kaos LMI berlangsung dengan lancar dan tertib.

Foto kegiatan, silakan klik disini

Kamis, 26 Maret 2009

NILA, SISWI 1 SD YANG HANYA MAKAN GATOT



Ditinggal Sang Ayah sejak usia 1 bulan

NILA, GADIS 1 SD YANG MASIH MAKAN TIWUL





Nila, gadis kelas satu SD Kare 6 Kecamatan Kare Kabupaten Madiun harus hidup hanya berdua dengan sang Ibu setelah ditinggalkan oleh sang ayah sejak umur satu bulan. Hidup ala kadarnya di lereng gunung wilis dijalani hingga saat ini.



Yatmiasih-Sang Ibu, memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menggarap lahan di sela-sela tanaman kopi milik perusahaan kopi di Kandangan Kare Kabupaten Madiun. Lahan yang tak terlalu luas yang digarap oleh Miasih-begitu panggilan ibu yatmiasih, ditanami jagung dan ketela. Ketela yang ditanam oleh Miasih panen setahun sekali, sementara jagung bisa sampai tiga kali.



“kemarin saya hampir tidak bisa menikmati hasil panen, karena jagung yang sudah siap panen dirusak dan dijarah oleh serombongan kera yang turun dari gunung. Kebetulan saat itu saya tidak bisa menjaga kebun karena sedang mengunjungi saudara di ponorogo. Esok harinya saat saya ke kebun ternyata sudah ludes.”



Miasih juga mengatakan tidak adanya penghasilan yang diterima rutin kecuali saat panen tiba dengan menjual hasil panen yang juga tak seberapa.



Jarak antara rumah dan kebun sejauh 2-3 kilometer ditempuh dengan jalan kaki.

”Mengapa ibu tidak naik sepeda?” begitu tanya LMI Madiun

”saya tidak punya sepeda.” jawab beliau

”Tapi ibu bisa naik sepeda?”

”Belum. Tapi kalau ada sepeda saya bisa belajar. Minimal bisa untuk mengangkut hasil panen. Tidak seperti sekarang, tempatnya jauh akhirnya saya gendong bolak balik setengah gelangsing setiap hari”



Bu Miasih juga menceritakan kalau beliau baru berangkat ke kebun setelah anaknya berangkat dan pulang sekitar jam sebelas saat anaknya pulang sekolah.



”Setelah itu tidak ke kebun lagi bu?”

”Tidak. Sekarang saya sudah tua. Kalau sudah pulang mau berangkat lagi sudah tidak kuat. Dulu sejak Nila masih bayi dan belum masuk sekolah, selalu saya bawa ke kebun dan bisa pulang agak sore. Kalau sekarang, kasihan anak saya.”



Memprihatinkan itu kata yang tepat ketika Miasih menjawab pertanyaan staf LMI, “kalau ibu tidak ada penghasilan kecuali dari hasil panen, terus ibu dengan dik Nila makannya bagaimana?”

Miasih segera tertunduk dan merangkul anak semata wayang yang duduk di sebelahnya. Matanya sembab, tertunduk, mulai menangis dan terisak. Mungkin beliau merasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya.



“Saya hanya makan gatot”



Kami hanya bisa melongo. Bagaimana tidak, sementara tetangganya semua bisa menikmati nasi hangat setiap hari, ibu-anak ini hanya bisa makan makanan hasil olahan ketela yang dihasilkan dari lahan yang digarapnya setiap hari dari pagi hingga siang hari.



Yang membanggakan siapapun yang kenal dengan keluarga ini adalah meskipun asupan gizi dan kebutuhan tidak bisa terpenuhi sebagaimana mestinya, Nila tetap berprestasi di sekolahnya. Nila tercatat meraih Rangking 2 di kelasnya, sesuatu yang membuat kita menggelengkan kepala.



Dengan menangis Miasih menceritakan, kalau beliau dan anaknya sudah empat kali diusir oleh kepala dusun setempat karena terpaksa menempati lahan bengkok desa yang dibiarkan terbengkalai. Akan tetapi karena belum ada tempat tinggal yang baru, sampai saat ini beliau tetap menempati gubug kecilnya yang berdinding tripleks dan sudah penuh tambalan karena usang tertempa panas matahari dan hujan bertahun-tahun.



Ketika kami tanyakan, mengapa tidak mencoba mencari penghidupan lebih baik dengan merantau saja, beliau menjawab, “apa ada yang mau menerima saya bekerja? Terus anak saya bagaimana? Kalau ikut saya, sekolahnya bagaimana?”



Ada yang bisa menerima ibu dan anak ini bersama Anda?

Atau membantu meringankan beban hidup beliau?



Foto-foto Nila? Klik disini





Kamis, 19 Maret 2009

PROGRAM BEASISWA DAERAH TERTINGGAL


BEASISWA DHUAFA DAN SANTUNAN ANAK YATIM
DI KARE, GEMARANG DAN SARADAN


LMI Cabang Madiun kembali melebarkan sayapnya ke wilayah kabupaten Madiun dengan program peduli desa tertinggal dengan memberikan beasiswa kepada 75 anak kurang mampu 10 santunan anak yatim di Kare, Gemarang, dan Saradan. Ahad (15/3) tim LMI Madiun sebanyak 5 orang meluncur ke daerah tersebut.

Berangkat dari Madiun pukul 06.30 naik mobil carteran, pak Miftahurrohman beserta stafnya menjalankan amanah donatur untuk menyampaikan santunan dan beasiswa meskipun hari Ahad adalah hari libur.

Tujuan perjalanan kami yang pertama di daerah Kare. Dengan diantar salah seorang relawan LMI yang tinggal di Kare, kami mengunjungi tiga anak yatim penerima santunan LMI. Kami melihat langsung kondisi keluarga ketiga penerima santunan.

Kehidupan keluarga salah satu anak penerima santunan yatim begitu memprihatinkan. Karena kondisi keuangan yang jauh dari cukup dia bersama sang ibu tiap hari hanya mampu makan gatot sebagai makanan pokoknya. Sementara rumah yang mereka tinggali adalah tanah bengkok yang setiap saat mereka berdua harus siap diusir dari tempat tersebut. Sedangkan kebutuhan sehari-hari dicukupi dari penghasilan sang ibu bekerja sebagai buruh tani yang setiap hari belum tentu pulang bawa uang. Dua penerima santunan LMI berkehidupan juga tidak jauh berbeda kondisinya.

Sebelum kami meninggalkan Kare, kami menitipkan pada relawan LMI di Kare untuk membagikan beasiswa dan santunan anak yatim yang belum kami serahkan pada mereka yang sudah masuk data anak asuh LMI.

Perjalanan kami lanjutkan ke Gemarang. Daerah yang dikenal tandus dan dipenuhi pohon jati. Di Gemarang kami mengunjungi 2 anak penerima beasiswa. Kondisi sang bapak yang menjadi tulang punggung keluarga menderita stroke membuat kondisi ekonomi keluarganya jadi kekurangan. Di Gemarang kami menyerahkan 25 beasiswa kurang mampu kepada relawan LMI Gemarang untuk diberikan kepada mereka yang berhak
.
Dari Gemarang kami meluncur ke Saradan untuk memberikan secara simbolis kepada 2 anak penerima beasiswa. Kondisi rumah yang sangat sederhana, gedeg dengan perabotan kursi bambu untuk menerima tamu menunjukkan bahwa 2 keluarga tersebut kehidupannya jauh dari cukup. Pekerjaan orang tua kedua anak tersebut sebagai pembuat pot bunga yang belum tentu setiap hari ada yang membeli.

Dari perjalanan tersebut, kami banyak mendapatkan hikmah bahwa banyak sekali saudara-saudara kita hidup di bawah garis kemiskinan. Meskipun mereka miskin, tapi mereka masih punya keinginan untuk menyekolahkan putra putrinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semoga gambaran kehidupan mereka membuat kita semakin peduli pada saudara-saudara kita yang membutuhkan.

UNTUK FOTO, KLIK DI FOTO AGUS, FOTO GEMARANG, FOTO SARADAN, FOTO TRI MURNI, FOTO NILA

PERINGATAN MAULID BARENG SMK 5 MADIUN

SEMINAR MOTIVASI REMAJA SMKN 5 MADIUN

Remaja adalah salah satu kader yang akan meneruskan perjuangan bangsa Indonesia. Lahirnya remaja yang berilmu dan berakhlak mulia merupakan cita-cita setiap lembaga pendidikan formal (sekolah) seperti halnya SMKN 5 Madiun ingin menghasilkan siswa siswi yang berilmu dan berakhlak mulia. Melalui peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, pada hari Jum’at (5/3) SMKN 5 memberikan training motivasi pada siswanya. Bekerja sama dengan LMI Madiun menghadirkan mas Chidmat dari Trusco Surabaya sebagai narasumber dengan tema “The Meaning of Life.”

Acara yang dimulai pukul 08.00 dibuka oleh bapak kepala sekolah SMKN 5. Peringatan Maulud Nabi bukan hanya sekeder acara ceremonial saja, namun sebagai moment bagi siswa SMKN 5 Madiun untuk mengingat dan menjadikan Rosulullah sebagai sosok yang wajib ditiru akhlaknya.

Di awal training mas Chidmat menyampaikan karakter remaja masa kini yang penuh problema hidup karena masa remajanya diisi dengan aktivitas negatif. Beliau mengajak peserta training untuk memotivasi diri menjadi remaja yang berpredikat positif dengan mengisi masa remaja dengan berprestasi, berakhlak mulia sehingga bisa memberikan kontribusi positif kepada orang tua, sekolah, dan masyarakat.

Bagi mereka yang sudah terlanjut terbawa arus negatif, diajak oleh mas Chidmat untuk berbenah diri meninggalkan masa lalu yang kelam untuk menjadi remaja yang baik. Di sela-sela acara tersebut, mas Chidmat juga mengajak peserta melakukan perenungan diri/hipnotis sebagai salah satu cara untuk merasakan kedekatan diri dengan Yang Maha Kuasa.

Mas Chidmat juga mengajak peserta seminar menghilangkan perasaan benci, kesal dan dendam pada masa lalu dengan bermain karet gelang. Setiap peserta mendapatkan 15 karet untuk diputus, mulai 5 karet, 10 karet sampai 15 karet, sehingga rasa benci, dendam, dan kesal pada seseorang akan hilang dan berubah positif jadi pemaaf terhadap orang-orang yang pernah mengecewakan dirinya.

Perubahan sifat positif inilah yang membantu peserta yang bermasa lalu kelam menjadi bersemangat menjalani masa depan yang lebih baik. Dari ekspresi yang ditunjukkan peserta mulai awal hingga akhir acara nampaknya mereka begitu terbawa suasana yang dibangun oleh mas Chidmat hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.30.

Antusias pelajar SMKN 5 mengikuti acara ini patut diberi acungan jempol, mereka ingin menjadi sosok remaja yang bisa dibanggakan orang tua. Perubahan ke arah yang lebih baik tidak lepas dari dukungan pihak sekolah untuk memfasilitasi siswanya, seperti halnya yang terjadi di SMKN 5 Madiun. Selain berusaha memberi ilmu, bapak serta ibu pengajar di SMKN 5 Madiun memberikan kebebasan menyelenggarakan kegiatan dan acara yang bertujuan membentuk akhlak yang mulia anak didiknya. Semoga kegiatan ini bisa memberikan manfaat besar bagi perbaikan remaja masa kini.

UNTUK FOTO, KLIK DI SINI

PROGRAM MAJELIS TAKLIM



MAJELIS TA’LIM IBU-IBU JALAN CEMPEDAK

Keinginan dan kemauan ibu-ibu yang tinggal di sekitar jalan Cempedak untuk menambah wawasan agama Islam diwujudkan dengan terbentuknya majelis ta’lim di Mushola Al-Hidayah. Mushola yang kecil yang terletak di jalan Cempedak ini adalah salah satu mushola yang didirikan oleh salah seorang anggota DPR Propinsi yang bertempat tinggal di jalan Mojo. Di musholla inilah kegiatan majelis ta’lim ibu-ibu yang berlangsung setiap Jum’at kedua dan Jum’at ketiga berlangsung selain TPA untuk anak-anak.

Sudah satu tahun ini majelis ta’lim Al Hidayah menjadi binaan LMI. Empat puluh ibu-ibu menjadi anggota tetap majelis ini. Jum’at (13/3) jam 16.00 empat puluh ibu-ibu sudah siap menerima siraman rokhani dari Ustadz Sirot. Di majelis ta’lim ini pak Sirot menyampaikan materi Ketauladanan Rosululloh dalam hidup sehari-hari. Untuk mencari ridho dan rahmat Allah, dengan jalan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan Rosulullah sebagai suri tauladan. Beliau juga berpesan pada ibu-ibu yang sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga agar tidak meninggalkan sholat wajib di tengah-tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.

Acara yang berakhir pukul 12.15 diakhiri dengan doa yang juga dipimpin pak Sirot. Sebelum ditutup ada tiga pertanyaan yang diajukan mereka tentang masalah sholat. Semoga kegiatan ta’lim di jalan Cempedak bisa memberikan pengaruh positif di lingkungan sekitarnya.



PROGRAM SEHATI LMI MADIUN BULAN MARET

PROGRAM SEHAT IBU DAN BUAH HATI


Perbaikan gizi balita merupakan salah satu tujuan diadakannya program pemberian makanan tambahan dengan program PMT diharapkan bisa mengatasi persoalan gizi buruk yang terjadi pada balita ketika LMI Madiun berkunjung ke posyandu jalan Kutilang pada tanggal 10 Maret ternyata masih ada ditemukan balita yang mengalami kekurangan gizi. Berat badannya tidak sesuai dengan usia sang anak. Di Posyandu ini ada 40 anak setiap bulan rutin mengikuti kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pemberian makanan tambahan. Empat kader posyandu dengan telaten melayani aktivitas di posyandu. Di posyandu ini LMI memberikan makanan tambahan berupa bubur kacang hijau dan telur rebus.

Di lain hari, LMI juga memberikan makanan tambahan di jalan Cempedek pada tanggal 13 Maret berupa puding putih telur dan pisang hijau. Balita yang mengikuti di posyandu tersebut sebanyak 30 anak dengan ditangani 4 kader posyandu kegiatan penimbangan, pengukuran tinggi badan, dan pemberian makanan tambahan diberikan pada balita yang didampingi ibunya masing-masing balita. Sabtu 14 Maret posyandu di jalan Mojo juga menerima makanan tambahan dari LMI Madiun berupa bubur kacang hijau dan telur rebus. Dua puluh lima anak balita beserta ibunya datang silih berganti untuk mengetahui perkembangan sang buah hati. Empat kader posyandu melakukan percatatan di Kartu Menuju Sehat yang diberikan pada setiap anak sehingga perkembangan putra putrinya bisa diketahui.

Senin (16/3) LMI Madiun berkunjung di posyandu jalan Margo Bawero. Kegiatan di posyandu ini sudah mulai berjalan sejak pukul 08.30. Di Posyandu Margobawero 40 balita bersama sang ibu bergiliran untuk ditimbang dan diukur tingginya. LMI memberikan makanan tambahan berupa bubur kacang hijau dan pisang hijau pada masing-masing balita. Tak lupa bu Yuli selaku divisi program LMI Madiun memperkenalkan profil LMI pada ibu-ibu yang hadir di tempat tersebut. Semoga program Sehati lewat pemberian makanan tambahan di posyandu yang balitanya berasal dari keluarga kurang mampu bisa merasakan manfaatnya.

UNTUK FOTO, KLIK DI SINI

Sabtu, 14 Maret 2009

BANTUAN LMI MADIUN KEPADA KELUARGA PAK SLAMET


BANTUAN LMI MADIUN KEPADA KELUARGA PAK SLAMET

Selasa (10/3) LMI Madiun mengunjungi salah satu warga jalan Salak I. Warga tersebut bernama pak Slamet yang memiliki pekerjaan sebagai pemulung sampah. Beliau tinggal di tanah kontrakan bersama istri, salah satu anaknya beserta menantu dan tiga orang cucunya. Rumah yang masih berdinding gedeg tersebut, beliau bangun diatas tanah kontrakan yang setiap tahun harus dibayar. Rumah tersebut kondisinya sempit dan jadi tempat berlindung 2 keluarga.

Setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membantu kehidupan putrinya (menantu beliau tukang becak) yang sudah berputra tiga, beliau mengambil sampah-sampah plastik yang laku dijual. Antara jam 07.00 sampai jam 10.00 pak Slamet berkeliling jalan kaki di sekitar perumahan dekat rumahnya memunguti sampah-sampah plastik. Karena usia yang sudah tua (diatas 60 tahun) dan kakinya yang cacat akibat kecelakaan menyebabkan daerah kerjanya tidak begitu luas.

Penghasilan beliau rata-rata sehari hanya Rp. 30.000,- sehingga sering kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut tidak terpenuhi apalagi kalau penyakit darah tinggi istrinya kambuh membuat himpitan ekonomi keluarga tersebut semakin parah. Pendapatan menantu beliau sebagai tukang becak juga tidak pasti. Sementara dua cucunya juga memerlukan biaya sekolah.

Kondisi rumah yang sederhana sekali bagi mereka sudah cukup untuk tempat tinggal meskipun tanpa ruang tamu. Saat LMI Madiun berkunjung dan menyerahkan bantuan kepada beliau, kami duduk di luar rumah di bawah pohon pisang dengan duduk di atas kursi seadanya.
FOTO-FOTO TERKAIT KLIK DI SINI

BANTUAN LMI MADIUN KEPADA KELUARGA IBU LILIK


BANTUAN LMI MADIUN KEPADA KELUARGA IBU LILIK
DI JALAN GAJAH MADA

Dua tahun yang lalu ibu Lilik ditinggal pergi suaminya untuk selama-lamanya setelah menderita sakit. Dengan meninggalkan empat orang anak yang masih kecil-kecil dan tanpa pekerjaan tetap beliau harus menggantikan posisi sang suami sebagai tulang punggung keluarga. Tiga orang anaknya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk keperluan sekolah. Putra pertama duduk di kelas satu SMP, yang kedua dan ketiga duduk di bangsa SD dan TK.

Beliau bersama keempat putranya tinggal di sebuah rumah yang belum menjadi milik sendiri. Tanah yang menjadi tempat berdirinya rumah beliau statusnya tanah bebas yang sewaktu-waktu pemerintah bisa menggusur keluarga tersebut. Sebelum meninggal suaminya masih sempat membangunkan sebuah rumah di tanah tersebut, meskipun belum selesai (tembok belum diplester, lantai masih berupa tanah serta belum ada sekat-sekat kamar) namun kondisi rumah yang seperti itu bisa dipakai untuk berlindung dari panas dan hujan bagi keluarga tersebut.

Dulu sebelum ada rumah tersebut, keluarga bu Lilik tinggal di rumah semi permanan (samping rumah yang sekarang ditinggalinya) yang letaknya disamping aliran sungai yang setiap tahun banjir. Untuk biaya hidup dan biaya sekolah putranya, setiap hari beliau jualan mainan anak-anak di depan sekolahan. Hasil jualannya harus gali lubang tutup lubang. Untuk menambah pemasukan terkadang beliau harus jadi buruh cuci dan setrika di tetangganya. Namun sering beliau harus menolak tawaran nyuci dan setrika karena putra beliau yang keempat masih usia satu tahun.

Yang begitu menarik dari keluarga bu Lilik adalah semangat putri pertamanya yang ingin tetap sekolah terus meskipun himpitan ekonomi dialami ibunya. “Saya ingin sekolah sampai SMA, habis itu kerja bisa bantu ibu menyekolahkan adik-adik, saya juga ingin bantu ibu cari uang sambil sekolah biar ibu nggak terlalu capek kerja.” Kata putrinya yang sekolah di SMPN 9.

Saat LMI berkunjung di rumah beliau kami tidak menemukan perabotan yang lengkap. Di rumah itu hanya ada satu dipan, satu almari, dan satu TV kecil peninggalan suami bu Lilik. Kamipun harus duduk di atas dingklek kecil yang sebenarnya hanya layak untuk duduk anak kecil. Beliau berterima kasih pada LMI yang telah memberikan beasiswa pada dua putrinya, serta santunan tiap bulan untuk membantu kebutuhan sehari-hari.
FOTO-FOTO TERKAIT KLIK DI SINI

SANTUNAN ANAK YATIM


SANTUNAN ANAK YATIM

Di bulan Maret 2009 LMI Cabang Madiun meluncurkan program Peduli Anak Yatim dengan memberikan beasiswa 100 anak yatim, bimbingan komputer gratis, bimbingan belajar gratis dan kursus bahasa Inggris. Pemberian beasiswa dilaksanakan pada hari Ahad (8/3) di lapangan Gulun. Acara yang semula direncanakan dengan kegiatan outbond selain pemberian beasiswa, terpaksa hanya pemberian beasiswa yang bisa dilaksanakan karena acara ini bersamaan dengan peringatan Maulud Nabi yang melibatkan pelajar SMP dan SMA di kota Madiun.

Acara yang dimulai pukul 08.00 di lapangan Gulun dipimpin oleh ibu Yuli sebagai wakil dari LMI Madiun dan dihadiri 30 siswa SD, SMP dan SMA. Sebelum santunan diberikan kepada masing-masing anak, beliau menyampaikan informasi yang berkaitan dengan program peduli anak yatim. Untuk pemberian beasiswa, LMI Madiun akan memberikan setiap bulan sekali kepada 100 anak yatim yang ada di kota dan kabupaten Madiun dengan nominal setiap anak menerima Rp. 40.000. Selain diberi beasiswa, anak-anak yatim yang menjadi anak asuh LMI kan difasilitasi dengan bimbel gratis, kursus bahasa Inggris, dan komputer gratis.
FOTO-FOTO TERKAIT KLIK DI SINI

TRAINING MOTIVASI REMAJA KERJA BARENG SMKN 4


TRAINING MOTIVASI REMAJA DI SMKN 4


Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di SMKN 4 Madiun tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perayaan Maulud Nabi kali ini diadakan di Aula SMKN 4, Sabtu (7/3) diikuti siswa kelas 1 sampai kelas 3. Acara yang melibatkan 500 siswa ini, diawali dengan suguhan lagu-lagu bernuansa islami yang dibawakan siswi-siwi SMKN 4. Kegiatan yang bertujuan untuk membentuk siswi-siswi SMKN 4 menjadi remaja berakhlak mulia dibuka oleh Bapak Kepala SMKN 4 dengan menghadirkan mas Muhammad Chudzil Chikmat, S.Pd sebagai narasumber. Sebelum acara inti yang berupa training motivasi remaja dilaksanakan, acara pemberian hadiah kepada pemenang lomba kaligrafi, qosidah dan MTQ disampaikan oleh bapak kepala sekolah dan perwakilan juri.

Training motivasi remaja di SMKN 4 teselenggara atas kerjasama pihak SMKN 4 dengan LMI Cabang Madiun dengan tema “Menjadikan Rosululloh sebagai suri tauladan”. Kehadiran mas Chikmat di tengah-tengah siswi SMKN 4 menjadi lebih baik dan lebih berprestasi. Di awal training mas Chikmat memaparkan masalah kehidupan remaja beserta kasus-kasus remaja masa kini. Realita kehidupan remaja masa kini jauh lebih rusak moral dan akhlaknya dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Perkembangan teknologi salah satu penyebab terjadinya dekadensi moral remaja. Dalam trainingnya beliau juga memaparkan sosok remaja islami yang menjadi Rosulullah sebagai suri tauladan.

Di akhir training mas Chikmat mengajak siswi SMKN 4 untuk melakukan renungan dengan berkonsentrasi penuh berdoa dan berdzikir hingga merasakan ketenangan diri dan dekat dengan Allah. Tak heran jika kegiatan ritual ini membuat banyak siswi SMKN 4 menangis dan bersimpuh sujud. Hingga akhir acara training, tak satupun siswi bergeming meninggalkan tempat duduknya, ternyata mereka nggak ingin meninggalkan moment yang dirasakan banyak manfaatnya bagi mereka. Kegiatan seperti ini sebenarnya sudah pernah ada di SMKN 4, namun menurut komentar beberapa siswi SMKN 4 tidak sebagus ini. “Saya melihat anak-anak tidak ada yang meninggalkan aula sampai acara selesai, padahal biasanya satu demi satu anak-anak kabur keluar aula, tapi kali ini mereka benar-benar enjoy”, demikian komentar beberapa guru yang sempat kami temui. Harapan bapak/ibu guru dari acara ini, siswi-siswinya bisa jadi lebih baik akhlak dan prestasinya.
FOTO-FOTO TERKAIT KLIK DI SINI

Minggu, 01 Maret 2009

PENYERAHAN BEASISWA PERIODE KE DELAPAN

LMI MADIUN MNNYERAHKAN BEASISWA 200 ANAK

Madiun, Lembaga Manajemen Infaq (LMI). Ahad, 1 Maret 2009 LMI Madiun menyerahkan Beasiswa kepada 200 orang siswa kurang mampu di Kota dan Kabupaten Madiun. Beasiswa hari ini adalah beasiswa yang merupakan awal periode ke delapan yang mestinya diserahkan pada Sabtu 28 Februari lalu.

Penerima beasiswa pada hari ini akan menerima beasiswa setiap bulannya hingga enam bulan ke depan atau tepatnya hingga bulan Juli 2009 dan selanjutnya akan dilakukan evaluasi terhadap keseriusan belajar siswa. Beasiswa yang diterimakan sebesar Rp. 30.000 untuk siswa TK dan SD, Rp 35.000 untuk siswa SMP, dan Rp. 40.000 bagi siswa SMA.

Acara diawali dengan sambutan yang dilakukan oleh Ibu Juli Susanti selaku Kepala Divisi Program LMI Cabang Madiun. Dalam sambutannya, Juli Susanti menyampaikan bahwa beasiswa yang diserahkankan hari itu adalah bulan pertama period ke delapan.

Acara yang sedianya dilaksanakan di Rumah Pintar LMI Madiun di Jalan Semangka Nomor 32 ini terpaksa dipindahkan ke dalam Masjid Baiturrahman Jalan Semangka Madiun. Hal ini dikarenakan ikut hadirnya orang tua anak asuh dan menjadikan lokasi Rumah Pintar LMI Madiun overload. Masjid Baiturrahman yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan penyerahan Beasiswa LMI Madiun juga tampak penuh sesak oleh penerima Beasiswa beserta orang tuanya.

Walaupun terlihat overload di Rumah Pintar LMI Madiun maupun terlihat berjejal di Masjid Baiturrahman, kalau diamati dengan seksama presensi dan tanda terima yang disediakan LMI Madiun, terlihat masih banyak yang belum terisi.

Menanggapi hal tersebut, Miftahurrohman, S.E. selaku Manajer LMI Cabang Madiun menjelaskan, bahwa banyak siswa penerima beasiswa pada hari itu yang memiliki kegiatan.

“Biasanya mereka akan datang sore hari setelah kegiatan mereka selesai atau esok siang selepas pulang sekolah”

Miftah juga menjelaskan bahwa 75 siswa dari pelosok Kabupaten Madiun yang tersebar di Kecamatan Kare, Gemarang dan Saradan memang tidak bisa hadir Karena jarak yang sangat jauh dari kota.

“Kami memaklumi kondisi itu, karena kami beberapa kali mengunjungi daerah-daerah itu. Untuk mereka yang domisilinya di tiga kecamatan tadi, Insya Allah Tim LMI Cabang Madiun akan mengantar langsung ke setiap kecamatan pada tanggal 15 Maret 2009.”

Dalam sambutan pembukanya, Juli Susanti menjelaskan bahwa siswa yang menerima beasiswa pada periode ke delapan ini akan menerima bimbingan belajar gratis dari LMI Madiun untuk mata pelajaran yang diujikan pada EBTANAS nanti. Selain itu untuk siswa SLTA akan diberikan les Bahasa Inggris Gratis dari LMI Madiun. Selain bimbingan belajar gratis, penerima beasiswa juga akan diberikan kursus computer gratis.

“Bimbingan Belajar gratis ini juga bisa diikuti oleh teman-teman kalian yang belum menerima beasiswa dari LMI. Hal ini terjadi Karena belum cukupnya keuangan LMI untuk memenuhi kebutuhan semua siswa yang secara ekonomi masih membutuhkan bantuan. Jadi mereka nantinya tetap bisa mengikuti Bimbingan Belajar secara Gratis seperti kalian yang hadir pada hari ini.”


Selesai sambutan Juli susanti, diserahkan secara simbolis beasiswa kepada 3 siswa TK-SD, 3 siswa SMP dan 2 siswa SMA. Selanjutnya penerima beasiswa dibagi menjadi 3 kelompok untuk menerima beasiswa. TK dan SD menjadi satu kelompok. Beasiswa TK dan SD diserahkan oleh Juli Susanti. Untuk kelompok SMP,beasiswa diserahkan oleh Agus Hariono, S.E, Kepala Divisi Marketing LMI Madiun. Untuk siswa SMA, Beasiswa diserahkan oleh Nanang Susilo Kepala Divisi Supporting system LMI Madiun.

Selesai penyerahan, siswa penerima beasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan registrasi Bimbingan Belajar sesuai dengan kelompok masing masing dan dipandu oleh petugas dari LMI Cabang Madiun.