Jumat, 29 Mei 2009

laporan keuangan Mei 2009

LAPORAN KEUANGAN LMI CAB MADIUN

Bulan Mei 2009

Saldo tanggal 20 april 2009

41.397.213

Pemasukan 20 April - 20 mei 2009

Zakat

26.079.500

Infaq

4.283.000

Beasiswa anak asuh

2.245.000

Santunan anak yatim

3.754.000

Wakaf Alquran

150.000

Santunan Nila

1.350.000

Santunan mbah lasinem

3.175.000

Peduli Palestina

250.000

Total pemasukan

41.286.500

Total pemasukan

82.683.713

PENYALURAN DANA

Beasiswa

7.603.000

Peduli Guru

1.430.000

Rumah pintar

2.284.000

Santunan anak yatim

4.323.000

MAJELIS TA'LIM

1.063.500

Bulletin Dakwah

2.760.000

Bulletin Jumat

1.740.000

Bulletin Mar'ah

1.656.000

Santunan Dhuafa

300.000

Santunan kesehatan

100.000

Majalah donatur

900.000

Program BISA

450.000

Pengobatan gratis

600.600

Program sehati

375.000

Santunan abang becak

2.600.000

Santunan pak sarju

230.000

Bantuan program ketrampilan

200.000

Club cendekia

300.000

Peringatan hari kartini

527.000

Pembinaan SKI sekota madiun

300.000

Peralatan kantor

283.000

Perlengkapan kantor

753.000

Telepon,listrik,air kebersihan

562.100

Administrasi

455.000

gaji staff

2.500.000

Rakorcab madiun

370.000

Surat kabar

105.000

Takziah ke pegawai LMI

267.000

Brosur marketing

255.000

Surat kabar

100.000

Total pengeluaran

35.292.200,00

Saldo 20 Mei 2009

47.391.513,00

Kamis, 21 Mei 2009

Kisah pak Sarju

Pak sarju adalah seorang mantan kondektur bus jurusan Surabaya-Jogja. Pekerjaan yang ditekuninya 10 tahun yang lalu hanya tinggal kenangan. Karena kondisi kesehatan dan usia yang sudah tidak muda lagi (66 tahun) beliau harus meninggalkan sumber penghasilan keluarga.

Empat tahun yang lalu beliau ditinggal istri tercinta yang selama ini menggantikan posisinya mencari nafkah kala pak Sarju sudah tidak mampu lagi bekerja. Semenjak istrinya meninggal itulah kehidupan pak Sarju semakin sulit. Meskipun beliau memiliki anak yang sudah berkeluarga, namun karena kondisi ekonomi purinya juga tidak berbeda jauh dengan kehidupan pak Sarju, membutnya tidak bisa membantu orang tua.

Saat ini putri beliau yang sudah memiliki dua putra statusnya juga single parent karena ditinggal kabur suaminya. Sehingga putri beliau harus menanggung sendiri biaya hidup kedua anaknya dan terpaksa harus menitipkan kedua anaknya pada pak Sarju.

Pak Sarju tinggal bersama kedua cucunya di satu bilik ruangan bekas dapur yang berdinding bambu (gedeg). Tempat tinggal yang ditempati bersama kedua cucunya merupakan bentuk kepedulian salah seorang tetangganya untuk ditempati secara gratis. Ruangan kecil tersebut multifungsi, yakni selain untuk tidur, belajar, tempat makan sekaligus tempat terima tamu. Beliau hanya memiliki satu tempat tidur (untuk bertiga), 1 meja dan 2 kursi. Kebutuhan makan sehari-hari sering beliau peroleh dari kiriman tetangga kanan-kirinya yang berempati padanya.

Kondisi kesehatan pak Sarju terus menurun, penyakit diabetes yang dideritanya mengharuskan beliau tiap dua minggu sekali kontrol ke puskesmas untuk mendapatkan obat secara gratis.

Kedua matanya mulai kabur karena penyakit katarak. Setiap malam beliau sulit tidur, beliau hanya memikirkan bagaiman nasib kedua cucunya jika dirinya meninggal dunia. Kedua cucunya duduk di kelas 6 dan kelas 2 dan termasuk salah satu siswa berprestasi di sekolahnya.

Beliau berharap jika dirinya telah tiada, ada dermawan yang mau membantu biaya sekolah kedua cucunya, penghasilan ibunya sama sekali tidak mencukupi kebutuhan hidup kedua anaknya. Apalagi sebentar lagi sang cucu mau masuk SMP, tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.

UKKIN BOCAH TANPA ANUS


Enam belas tahun yang lalu lahirlah seorang bayi laki-laki di sebuah rumah yang sangat sederhana dengan bantuan seorang diukun bayi. Putra kesebelas dari dua belas besaudara, putra pasangan pak Suharto dan B.Bibit sekilas lahir tanpa kelainan. Namun empat jam setelah proses persalinan baru diketahui bahwa sang bayi lahir tanpa anus.

Betapa sedih perasaan beliau berdua melihat kondisi putranyaseperti itu. Akhirnya sang bayi dibawa ke Rumah sakit Umum dr.Soedono untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Akhirnya Ukkin kecil dioperasi, dibikinkan anus buatan dibagian perutnya.

Diperut itulah kotoran Ukkin ditampung disebuah kantong plastik, jika kantong tersebut penuh harus diganti dengan kantong baru. Kondisi ini hanya bisa bertahan saat Ukkin berusia tiga tahun. Kotoran Ukkin yang seharusnya lewat anus buatan tersebut sering keluar melalui mulutnya.

Kondisi tersebut akhirnya memaksa Dokter RSU dr.Soedono untuk melakukan tindakan operasi lagi saat Ukkin berusia tiga tahun. Anus buatan di perut Ukkin ditutup dengan jaringan kulit yang diambilkan dari kulit ibunya, dan dibikinkan anus laigi di duburnya.

Kehidupan keluarga Ukkin yang jauh dari cukup, menjadikan derita keluarga ini bertambah bebannya karena harus mengobatkan sang buah hati. Pak Suharto yang bekerja sebagai tukang becak dan Bu Bibit sebagai pembantu rumah tangga pocokan, tentu saja tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.

Keluarga ini akhirnya mengurus keterangan tidak mampu pada saat pengobatan Ukkin tidak ada beban biaya. Saat Ukkin kelas empat mendapat bantuan dari Walikota untuk dipasang cincin di dubur, sehingga biaya pemasangannya gratis.

Dunia bermain juga tidak bisa lepas dari kehidupan Ukkin, dia juga bergaul dan bermain engan anak-anak seusianya. Ejekan dan kata-kata menyakitkan sering dia terima dari tetangga maupun teman-teman sepermainannya. Kotoran yang terus keluar dari anus buatan sering menimbulkan bau meskipun dia sudah berganti celana beberapa kali.

Saat sekolah dia selalu menggunakan pempers dengan tujuan membendung keluarnya kotoran hingga tembus ke celana. Kondisi inilah yang dia tidak tahan bersekolah sampai jenjang SMP lingkungan sekolah yang tidak bersahabat membuatnya minder dan malu. Saat kelas satu SMP Ukkin memutuskan keluar dari sekolah dan menekuni sebuah usaha.

Keinginannya untuk mandiri dan tidak bergantung terus kepada kedua orang tuanya yang usianya juga semakin tua ditujukan dengan bekerja yang tidak mengeluarkan tenaga besar.

Keadaan fisik yang tidak normal membuat dirinya tidak bisa bekerja berat. Kotoran keluar terus setiap saat dari dubur buatan tersebut setiap hari dia harus ganti celana lebih dari sepuluh kali untuk menguarangi bau yang menyengat.

Kegiatannya sekarang ini berdagang burung, ayam maupun mainan anak-anak. Dia bercita-cita jika punya modal ingin buka warung, agar bisa menghidupi dirinya sendiri jika nanti orang tuanya telah tiada, apalgi saudara-saudaranya tidak ada yang peduli dengan dirinya.

Meskipun saat ini penghasilannya masih sedikit, namun yang terpenting baginya dia sudah berusaha dan belajar untuk mandiri. Bagi saya yang penting hasil yang saya dapatkan dari kerja yang halal.

Setiap bulan sekali Ukkin dengan diantar orang tuanya kontro ke RSU dr.Soetomo Surabaya, untuk mendapatkan pengobatan rutin. Terkadang kedua orang tuanya harus hutang dulu untuk biaya perjalanan dan berobat ke Surabaya

“Entah sampai kapan saya harus menjalaninya, saya hanya bisa pasrah”,Begitulah ungkapan perasaan Ukkin yang disampaikan kepada LMI. Semoga tulisan ini bisa membuka hati para dermawan untuk membantu Ukkin mewujudkan cita-citanya bisa hidup mandiri, atau mengupayakan kesembuhan dan jika mungkin kembali ke sekolah setelah sembuh nanti.

DATA KEKAYAAN PARA SAHABAT NABI

Sejak lama saya mengenal [lebih tepatnya beragama] Islam dan berusaha mengenal perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabat, baru saat saya membuka website spiritualpreneurship.com
Saya mendapatkan fakta Umar sang sahabat utama Rasul adalah seorang milyarder dengan penghasilan 233 M sebulan. Meskipun penghasilan beliau sebesar itu, Umar ra menganggap dirinya bermewahmewahan jika makan lebih dari dua lauk dalam satu hidangan.

Dalam sebuah pengajian, saya pernah mendapati seorang ustadz menyampaikan:

”Kita selalu mempelajari Sirah Nabawiyah dan Sirah para Sahabat, akan tetapi kita selalu membicarakan masalah akhlaq, keimanan, Tawakkat, ibadah dan pengorbanan mereka.”

”Kenapa kita tidak pernah menanyakan bagaimana kehidupan mereka ketika dikatakan dalam Sirah tersebut bahwa Umar menginfaq-kan separoh harta kekayaannya untuk perjuangan Rasulullah dan Abu Bakar seluruh kekayaannya diinfaq-kan?”

”Seakan kita hendak meneladani semua perilaku semua ibadah dan ketundukan para sahabat dalam mengejar Syurga dan tak pernah kita mencontoh bagaimana para sahabat memenuhi kebutuhan keluarga dan mengapa mereka bisa berinfaq demikian luar biasa?”

”Seakan-akan kita tak membutuhkan bekal untuk hidup di dunia dengan mengabaikan pelajaran pola hidup mereka dalam menghadapi kehidupan. Betul sekali keyakinan kita akan halnya para sahabat yang sangat zuhud dengan dunia, akan tetapi mereka juga mengejar dunia dengan semangat luar biasa.”

”Apakah kalian tidak ingat akan sebuah hadits – beramallah kalian untuk kehidupan akhirat seakan-akan kalian akan mati esok hari dan beramallah kalian untuk kehidupan dunia seakan-akan kalian hendak hidup selamanya?”

”Kalian yang ada di majelis ini, jangan hanya akherat saja yang kalian kejar. Kalian menjadi Zuhud yang kebablasan. Kalian tidak pernah bekerja untuk mengajar dunia kalian. Isyarat hadits ini adalah bagaimana kita menjadi Muslim yang seimbang.”

”sementara di luar sana, kebanyakan manusia mengejar dunia mati-matian, tapi lupa mempersiapkan kehidupan Akherat mereka, meski tak semua diantara mereka menjadi kaya raya, tapi perlu kalian catat bahwa banyak diantara mereka betul-betul melalaikan akheratnya.”

Saudara, itulah nasihat sang Ustadz. Sayangnya kita sering lupa. Bahwa kita harus Kaya kalau mau naik haji. Diantara kita jarang yang mempersiapkan kekayaan untuk naik haji. Diantara kita ketika sudah memiliki kekayaan, banyak yang lupa untuk mempersiapkan diri menunaikan ibadah haji.

Masih dari website tadi. Saya juga baru menemukan daftar kekayaan para sahabat. Dan satu tauladan yang patut kita tiru, meski Umar Ra memiliki penghasilan 233 Miliar sebulan, beliau menganggap dirinya bermewahan jika makan lebih dari dua lauk dalam satu hidangan...

Satu nasihat yang sangat baik untu kita kapanpun dan dimanapun adalah agar kita tidak menghabiskan gaji yang kita teima untuk konsumsi. Melainkan disisihkan untuk berinvestasi. Agar uang kita tidak habis hanya untuk dimakan.

BERIKUT SEDIKIT KUTIPAN DARI WEBSITE TERSEBUT:

KEKAYAAN UMAR BIN KHATTAB RA
• Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2 Triliun)
• Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan.
• Simpanan = hutang dalam bentuk cash

KEKAYAAN UTSMAN BIN ‘AFFAN RA
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)

KEKAYAAN ZUBAIR BIN AWWAM RA
• 50 ribu dinar
• 1000 ekor kuda perang
• 1000 orang budak

KEKAYAAN AMR BIN AL-ASH RA
• 300 ribu dinar

KEKAYAAN ABDURRAHMAN BIN AUF RA
• Melebihi seluruh kekayaan sahabat!!
• Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar)

BUKAN HANYA SAHABAT UTAMA YANG KAYA, NAMUN JUGA RAKYATNYA HIDUP BERKECUKUPAN

PADA MASA UMAR BIN KHATTAB RA (10 TAHUN BERTUGAS),
• Mu’adz bin Jabal menuturkan di Yaman sampai kesulitan menemukan seorang miskin pun yang layak diberi zakat (Al-Amwal, hal 596)
• Mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar atau +/- 18 juta/bulan (Ash-Shinnawi, 2006)

PADA MASA UMAR BIN ABDUL AZIS RA (3 TAHUN BERTUGAS)
• Yahya bin Sa’id (petugas zakat) berkata, “Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan”. (Ibnu Abdil Hakam, siroh Umar bin Abdul Azis, hal 59)
• Surat Gubernur Bashrah, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.” (Al-Amwal, hal 256)

Anda juga bisa kaya seperti mereka, karena sumber kekayaan kita -umat Islam- telah ada, hanya tinggal digali!

Saudaraku seiman..

Menjadi kaya raya adalah impian semua orang. Sifat Allah Ar-Rozzaq (Maha Memberi Rizqi), Al-Ghoniy (Maha Kaya) dan Al-Mughniy (Maha Pemberi Kekayaan) yang ditanamkan kepada manusia menjadikan manusia ingin menguasai kekayaan. Namun cara manusia mencapainya memiliki spektrum yang amat panjang. Mulai cara yang halal sampai yang menjurus kepada kesyirikan.

Pada zaman keemasan Islam (khoirul qurun), para sahabat Rasulullah SAW menguasai kekayaan dengan motivasi terbaik mereka, mengabdi kepada Allah. Dan tentu saja, rizqi yang mereka terima, hanya yang halal saja. Ciri mereka ada pada keteguhan dan kerja keras dalam berproduksi, namun sangat hemat dalam konsumsi. Inilah zuhud yang benar. Bukan dengan ber-miskin ria lalu melegitimasi kemalasannya dengan baju zuhud.

Dalam sejarah tercatat, Umar bin Khattab RA ketika wafat meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, yang rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta (perkiraan konversi ke dalam rupiah). Itu berarti, Umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 Triliun. Setiap tahun, rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan Rp 40 juta,

"Berarti Umar ra mendapatkan passive income sebanyak Rp 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233 Miliar sebulan!".
(Fikih Ekonomi Umar ra, penerbit Khalifa, hal. 47 & 99, konversi pada saat harga dinar Rp 1,2 juta)

Subhanallah...

Umar ra dalam anjurannya untuk berproduksi, berkata: "Aku wajibkan kepada kalian tiga bepergian, yaitu: Haji dan umroh, Jihad dan usaha untuk mencari rizqi" (idem, hal 48).

Bahkan beliau juga berkata, "Tidaklah Allah menciptakan kematian yang aku meninggal dengannya setelah terbunuh dalam jihad yang lebih aku cintai daripada aku meninggal di antara kedua kaki untaku ketika berjalan di muka bumi, dalam mencari sebagian karunia Allah" (idem, hal 42)

Masih banyak atsar Umar ra yang lain, yang menganjurkan para sahabat untuk gemar berproduksi. Namun coba kita lihat betapa Umar ra menganggap dirinya bermewahan jika makan lebih dari dua lauk dalam satu hidangan... kehidupan konsumsi yang sangat kontras dengan produksinya.

Dengan prinsip kekayaan seperti inilah akhirnya para sahabat mampu mencetak para konglomerat muslim, seperti Abdurrahman bin 'Auf, Utsman bin Affan, Amru bin Ash, Muawiyyah dan sahabat yang lain yang telah meraih kekayaan sejatinya.

Lalu, dimana benang merahnya? dimana sumber kekayaan itu sebenarnya? bagaimana umat Islam masa kini bisa seperti mereka?

Benang merah yang bisa saya lihat pada mereka dan ilmu-ilmu kekayaan pada masa kini, ada pada Investasi mereka. Ya, Investasi. Umar ra memiliki warisan 70.000 ladang pertanian, Ustman ra memiliki investasi berupa properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar, beberapa sumur produktif senilai 240 Miliar. Belum lagi sahabat yang lain. Mereka semua kaya dari investasi...

Maka, kalau boleh saya sarankan kepada para pengusaha dan pekerja muslim, arahkan strategi Anda pada investasi seperti para sahabat Rasulullah SAW itu. Bahkan Umar ra selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk konsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk dimakan.

Saudara, tulisan dari Website tersebut telah saya modifikasi tanpa merubah esensi pesan yang ada di dalamnya. Data kekayaan para sahabat silakan dilihat di spiritualpreneurship.com, jika ingin menyelidik keshahihan data tersebut silakan hubungi sang pengelola Website.

LAPORAN KEGIATAN LMI BULAN MEI

1. Beasiswa
Bertempat di rumah pintar, LMI Madiun membagikan beasiswa kepada 210 anak kurang mampu. Beasiswa rutin yang kami berikan sebulan sekali meliputi siswa TK & SD, siswa SMP dan siswa SMA. Dari 210 anak penerima beasiswa, 75 anak berasal dari Kare, Gemarang dan Saradan.

2. Bimbel dan Komputer Gratis
Setiap hari Senin sampai Jum’at di rumah pintar LMI dipenuhi anak-anak peserta Bimbel komputer gratis mulai pukul 15.30 sampai 17.15. Peserta Bimbel LMI adalah siswa siswi kelas 3 SD sampai kelas 3 SMP dari berbagai macam sekolah. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa Inggris, Matematika, Fisika dan IPA. Dengan dipandu lima relawan pengajar Bimbel dan komputer menjadikan adik-adik peserta Bimbel semakin bertambah banyak.

3. Majelis Ta’lim
Kegiatan ta’lim ibu-ibu Musholla Hidayatullah jalan Seram pada tanggal 26 Mei dengan menghadirkan Ustadzah Fida sebagai narasumber dihadiri 80 warga sekitar jalan Bali dan Seram. Di Musholla AL Mukhlisin jalan Pepaya majelis ta’lim LMI bukan hanya dihadiri ibu-ibu, bapak-bapak juga hadir di majelis ini. Sekitar 30 orang mendengarkan kajian Islam yang dipandu Ustadz Sirot di Musholla Baiturrohman jalan Pringgondani kegiatan majelis ta’lim berlangsung setelah sholat Isya’ bersama Ustadz Sirot sebagai narasumber dan dihadiri sekitar 70 orang (bapak dan ibu) di Musholla Al Hidayah jalan Cempedak ta’lim ibu-ibu dihadiri 40 orang dengan materi keutamaan sholat wajib.

4. Sehati (Sehat Ibu dan Buah Hati)
Program Sehati LMI Cabang Madiun diwujudkan dalam bentuk pemberian makanan tambahan pada balita posyandu Jl. Asahan mendapatkan PMT berupa bubur kacang hijau dan kue, posyandu jalan Seram dan Pringgondani PMT nya berupa pisang hijau dan telur matang, demikian juga posyandu di Kompleks CPM anak-anak balita juga mendapatkan makanan tambahan.

5. Rumah Pintar
Rumah pintar digunakan sebagai pusat bimbel gratis, komputer gratis dan belajar intensif Al-Qur’an yang berlangsung hari Senin sampai Jum’at pada sore hari.

6. Santunan Abang Becak
Seratus abang becak menerima paket sembako yang berisi Indomie, beras, gula, dan teh di rumah pintar LMI. Pemberian paket sembako ini kami berikan rutin setiap bulan. Selain paket sembako, LMI juga akan memberikan layanan pengobatan gratis dan pemberian beasiswa kepada keluarga tukang becak.

7. Pengobatan gratis
Bertempat di jalan Asahan No. 17 (rumah ibu Supardi) LMI Madiun memberikan layanan kesehatan gratis kepada anggota posyandu di wilayah tersebut. Enam puluh orang mendapatkan pengobatan gratis yang ditangani 1 orang dokter (dr. Emil), 2 perawat dan 1 apoteker. Tanggal 3 Mei tim medis LMI kembali memberikan layanan pengobatan kepada ibu-ibu lansia yang tergabung dalam perkumpulan Retno Dumilah.

8. BISA
Kegiatan belajar Al-Qur’an berlangsung di jalan Semangka yang berlangsung selepas sholat Isya’ dan diikuti ibu-ibu warga jalan Semangka. Sedangkan adik-adik TK dan SD yang tinggal di jalan Bali belajar Al-Qur’an seminggu dua kali di Musholla Al Ikhlas. Begitu pula ibu-ibu di jalan Pepaya dan Cempedak dengan telaten seminggu dua kali belajar membaca Al Qur’an yang dipandu Ustadzah dari LMI.

9. Peduli Guru
Tiga puluh delapan guru TK dan SD yang bergaji di bawah UMR menerima santunan rutin peduli guru setiap bulannya untuk sedikit membantu meringankan beban ekonominya.

10. Club Cendikia
Latihan bulutangkis anggota Club Cendikia berlangsung setiap malam Sabtu di SMPN 6 Madiun. Sedangkan latihan sepakbola berlangsung di lapangan komplek CPM setiap hari Sabtu pagi dan Ahad pagi.

11. Forski
Forum Sie Kerokhanian adik-adik SMA se-kota Madiun mengadakan ta’lim rutin setiap bulan. Untuk bulan April, ta’lim berlangsung di SMKN 5 yang dihadiri sekitar 70 anak dari perwakilan masing-masing SMA.

12. Santunan Anak Yatim
Penerima santunan rutin anak yatim dari LMI berjumlah 100 orang, dua puluh anak berasal dari Kabupaten Madiun. Masing-masing anak menerima Rp. 40.000 setiap bulannya.

13. Santunan Kesehatan dan Dhuafa
Ukkin masih tetap menerima santunan kesehatan dari LMI untuk membantu biaya rawat jalannya ke rumah sakit Dr. Sutomo Surabaya. Sedangkan penerima santunan dhuafa LMI adalah pak Sarju, mbah Lasinem, bu Katifah, pak Slamet dan pak Mulyono.

14. Santunan Pak Sarju
LMI Madiun menyerahkan bantuan dari salah seorang donatur LMI kepada Pak Sarju untuk meringankan biaya hidup beliau.

15. Rakor Manajer Area Teritory
Sabtu (9/Mei) bertempat di kantor LMI Madiun berlangsung pertemuan para Manajer Area Teritory. Acara yang dimulai pukul 10.00 membicarakan permasalahan-permasalahan LMI. Rakor yang dihadiri lima Manajer Area Teritory dan Brancc Manager Officer LMI berakhir pukul 20.00 WIB.

BANTUAN SEPEDA UNTUK NILA

Ahad, 17 Mei 2009 staff beserta kepala cabang LMI Madiun kembali meluncur ke Kare, Gemarang dan Saradan untuk menyalurkan program beasiswa dan santunan khusus pada Nila.

Tujuh puluh lima anak kurang mampu dan sepuluh anak yatim yang tinggal di tiga tempat tersebut menjadi bagian dari anak asuh LMI. Kehidupan keluarga mereka yang berada di garis kemiskinan menjadikan alasan LMI Madiun memberikan beasiswa untuk membantu keperluan sekolahnya.

Kare adalah tempat yang pertama kali kami datangi. Dengan diantar relawan LMI yang tinggal di Kare, kami menyerahkan sebuah sepeda kepada Nila. Sepeda yang berikan pada Nila adalah salah satu bentuk kepedulian salah seorang donatur LMI yang tidak mau dipublikasikan namanya. Meskipun kondisi ekonomi sang donatur ini pas-pasan, namun tidak menghalangi niatnya untuk membantu orang lain.

Karena dari Madiun kedua roda sepeda kami lepas, sesampainya di rumah Nila kedua roda kembali kami pasang. Pak Miftah selaku kepala cabang menyerahkan bantuan sepeda kepada Nila dan Bu Miati. Di saat menerima bantuan tersebut bu Miati tidak bisa menahan rasa haru. Air mata beliau menetes terus membasahi pipinya, sampai-sampai tak sepatah katapun bisa keluar dari bibirnya.

Nila si gadis kecil yang imut-imut nampak gembira mendapatkan sebuah sepeda yang selama ini begitu dia dambakan. Selama ini Nila baru bisa bersepeda jika dipinjami teman-temannya. Ucapan terima kasih disampaikan bu Miati pada donaturnya yang telah memberinya sepeda, semoga amalnya dibalas dengan yang lebih besar.

Selain mengantarkan sepeda untuk Nila, LMI Madiun juga menyerahkan beasiswa rutin tiap bulan pada 25 anak SD yang kurang mampu dan santunan yatim sebanyak 10 anak melalui relawan LMI yang tinggal di Kare.

Dari Kare kami meneruskan perjalanan menuju Gemarang. Di kecamatan Gemarang tim LMI mengunjungi salah satu anak penerima beasiswa LMI. Rumah yang masih berdinding bambu dan berlantai tanah dengan penerangan listrik yang masih menyalur dari tetangga adalah tempat tinggal keluarga ini

Mata pencaharian sebagai buruh tani dan pencari kayu di hutan menjadikan keluarga ini harus hidup sangat sederhana. Seperangkat kursi yang sudah usang adalah satu-satunya perabot yang mereka miliki.

Meskipun keluarga ini baru memiliki satu orang anak yang masih duduk di TK namun mereka sudah merasakan beratnya beban ekonomi. Penghasilan yang tidak menentu membuat kehidupan keluarga ini jauh dari cukup.

Di Gemarang LMI Madiun juga menyerahkan beasiswa untuk 25 anak SD melalui relawan LMI.

Perjalanan kami lanjutkan ke kecamatan Saradan kali ini kami mengunjungi kediaman Arum salah satu penerima beasiswa LMI di Saradan. Arum yang saat ini duduk di kelas 5 mempunyai cita-cita ingin bersekolah sampai perguruan tinggi. Kondisi rumah yang masih berlantai tanah dan berdinding bambu menunjukkan bahwa keluarga ini termasuk keluarga tidak mampu.

Penghasilan sang ayah yang bekerja sebagai kuli bangunan tentu saja tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga ini dengan layak. Apalagi sang istri memiliki penyakit diabetes. Setiap bulan ibunda Arum harus kontrol dokter dan menebus resep yang tidak murah untuk mengobati penyakitnya.

Setiap hari beliau harus mengkonsumsi obat dari dokter, jika tidak ingin penyakitnya bertambah parah. Kadar gula yang tinggi dan beban pikiran yang berat adalah pemicu kambuhnya penyakit yang dialaminya.

Potret kehidupan di Kare, Gemarang dan Saradan yang seperti di atas yang membuat tim LMI menyalurkan program-programnya agar tepat sasaran.

Sabtu, 09 Mei 2009

BANTUAN KASUR BUAT MBAH LASINEM DAN PAK SARJU

Mbah Lasinem dan pak Sarju adalah sebagian potret masyarakat kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi fisik beliau berdua yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja menjadikan LMI Madiun untuk tetap memberikan bantuan rutin tiap bulan. Keperluan sehari-hari beliau bergantung pada pemberian dan kepedulian orang lain. Sepetak kamar yang mereka tempati juga berasal dari rasa belas kasihan orang lain yang tidak tega melihat kehidupan mereka. Beliau bersyukur sekali mempunyai tetangga yang peduli untuk memberi makanan, uang dan tempat tinggal. Mereka sebenarnya juga tidak ingin terus menerus bergantung pada orang lain. “Saya malu dan nggak enak dibantu terus, inginnya saya bekerja untuk bisa mencukupi makan saya, tapi badan ini sudah nggak kuat dipakai untuk kerja,” begitulah penuturan mereka berdua.

Saat LMI berkunjung ke rumah mbah Lasinem, beliau sedang memasak air minum di kompor yang terletak di bilik kamar yang beliau pakai untuk tidur. Kami sempat khawatir juga, saat beliau menyalakan kompor, sementara penglihatannya (matanya) sudah tidak berfungsi lagi. Namun apa jawaban beliau ketika kami bilang “nggak takut kebakaran mbah”, “kalau nggak masak air sendiri, saya minum apa mbak.”

Hari itu juga LMI Madiun menyerahkan kasur dan bantuan rutin pada pak Sarju dan mbah Lasinem yang tidur tanpa kasur.

LMI MADIUN SALURKAN BANTUAN NILA

Rabu (14/4) tim LMI Madiun kembali mengunjungi Nila dan Bu Harmiati di desa Kare. Setelah beberapa waktu yang lalu kisah Nila dan sang ibu dimuat di buletin dan blog LMI Madiun, reaksi yang datang lewat LMI Madiun datang silih berganti, baik dari kota Madiun maupun luar kota Madiun bahkan dari salah satu dermawan yang tinggal di Amerika memberikan kepedulian bagi keluarga Nila. Para dermawan tersebut membantu meringankan beban hidup keluarga Nila dengan memberikan santunan untuk keperluan hidup dan pendidikan Nila. Selain dalam bentuk uang, kepedulian mereka diwujudkan dengan keinginan meboyong Nila dan ibunya menjadi anggota keluarga baru.

Kunjungan LMI Madiun selain menyalurkan santuan dari donatur, juga untuk mengetahui perkembangan terkini keluarga Nila. Saat LMI tiba di lokasi, bu Miati yang masih nampak lelah habis bekerja menyambut kedatangan kami. Bu Yuli mewakili LMI menyampaikan maksud kedatangan tim LMI untuk mengajak bu Miati membuka rekening di Bank BRI Unit Kare. Kegiatan LMI tersebut ternyata disambut dengan senang hati oleh Bu Miati.

Beliau memutuskan pada kami kalau beliau khawatir membawa uang dalam jumlah besar. “Bantuan yang pertama diberikan LMI kemarin masih banyak bu, saya takut kalau uang tersebut hilang. Saya ingin uang itu diberikan pada saya hanya untuk sekolahnya Nila jika sudah besar biar tidak seperti saya yang nggak lulus SD. Kemarin saya hanya bisa ngambil untuk beli beras, lauk dan susunya Nila, seringnya Nila saya kasih lauk kerupuk. Makanya uang kemarin saya irit-irit biar nanti kalau Nila masuk SMP nggak bingung biaya.

Uang tersebut mau saya belikan gedeg untuk nambal dinding yang bolong, saya nggak berani.” Begitu penuturan bu Miati pada kami. Kami sampaikan pada beliau bahwa bantuan donatur LMI yang berupa uang langsung ditransfer ke rekening bu Miati, agar beliau tidak khawatir hilang. Saat beliau membutuhkan, bisa langsung ngambil di Bank. Alhamdulillah beliau setuju, bahkan sisa uang yang sudah diserahkan pada beliau ikut ditabung juga. Akhirnya kami menjadikan bank BRI Unit Kare sebagai tempat bu Miati menyimpan bantuan donatur LMI. Sebelum pulang kami menyerahkan buku rekening BRI kepada beliau untuk disimpan baik-baik semoga bantuan dari para dermawan pada bu Miati bisa memberikan harapan baru bagi putri semata wayangnya.

PENYERAHAN BEASISWA LMI MADIUN DI KARE, GEMARANG DAN SARADAN

Selain memberikan beasiswa di kota Madiun, LMI juga memberikan beasiswa kepada 75 anak kurang mampu dan 10 anak yatim di Kare, Gemarang, dan Saradan bersamaan dengan pemberian santunan pada Nila tanggal 14 April 2009. Di Kare kami memberikan kepercayaan kepada salah seorang relawan LMI untuk mewakili 25 anak kurang mampu dan 10 anak yatim menerima beasiswa. Kerjasama antara LMI dan relawan di Kare yang sudah terjalin selama 2 tahun menjadikan desa Kare sebagai salah satu daerah binaan LMI.

Perjalanan tim LMI pada hari itu tidak berhenti di desa Kare saja, kami masih harus melanjutkan ke daerah Gemarang. Kedatangan LMI disambut mas Lamburi yang selalu setia menemani kami ketika LMI beranjangsana di Gemarang. Kami diatar ke rumah salah satu siswa penerima beasiswa LMI. Evie Irma Agustin yang duduk di kelas 2 SD Nampu adalah salah satu nama anak yang mewakili 25 anak asuh LMI yang menerima beasiswa. Saat LMI berkunjung ke rumah Evie, kesederhanaan terlihat di keluarga tersebut.

Orang tua Evie masih tinggal serumah dengan orangtuanya. Pendapatan yang tidak pasti, membuat ekonomi keluarga ini jauh dari cukup “Kalau musim tanam dan panen yang hanya setahun sekali, saya kerja sebagai buruh tani, tapi kalau musim panen sudah usai kerja sebagai kuli bangunan saya lakukan dan itupun tidak mesti ada.” Itulah gambaran kehidupan orang tua Evie Irma Agustin. Kondisi seperti itu tidak jauh berbeda dengan anak asuh LMI lainnya yang tinggal di Gemarang.

Dari Gemarang, kami melanjutkan perjalanan ke Saradan untuk menyerahkan kembali beasiswa pada 25 anak kurang mampu. Di Gemarang kami berkunjung di rumah Very Ambarwati salah satu penerima beasiswa LMI Madiun. Penyakit polio yang dideritanya sejak kecil membuat kaki Very cacat. Penghasilan orang tuanya yang jauh dari cukup, membuat mereka tidak mampu mengobatkan sang buah hati kala penyakit polio menyerang.

Saat ini keluarga Very masih mumpang di rumah nenek Very yang dindingnya belum permanen, alas lantainya masih tanah. Setiap hari orang tua Very selalu memberis emangat pada sang buah hati untuk bersekolah, karena kondisi Very yang menderita cacat kaki membuat dirinya minder. Bekerja sebagai buruh tani dan membuka warung makanan merupakan aktivitas yang dijalani orang tua Very selama ini. Mereka punya harapan untuk bisa mengubah keadaan kondisi keluarga dengan menyekolahkan putra putrinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

LAPORAN KEGIATAN LMI MADIUN BULAN APRIL 2009

LAPORAN KEGIATAN LMI MADIUN
BULAN APRIL 2009

1. PENGOBATAN GRATIS
Dua bulan terakhir ini LMI kedatangan tamu dari penggerak pos Lansia yang di Madiun. Mereka ingin bekerjasama dengan LMI Madiun untuk membantu kegiatan di Pos Lansia dalam bentuk pemeriksaan dan pengobatan. Bentuk kerjasama LMI dan Pos Lansia diawali di Pos Lansia jalan Pepaya pada tanggal 22 Maret bersamaan dengan ulang tahun Pos Lansia di tempat tersebut lebih dari 40 lansia yang menjadi anggotanya mendaftarkan diri untuk mendapatkan pengobatan gratis. LMI Madiun juga diminta memberikan layanan pengobatan gratis di Pos Lansia jalan Kawis pada tanggal 12 April dengan pasien sebanyak 40 orang. Di kelurahan Tawang LMI Madiun mengadakan dua kali layanan pengobatan (tgl. 4 dan 9 April). Dua kali pengobatan, tim medis LMI melayani 150 masyarakat sekitar tawang.

2. STUDI BANDING LMI KE KEDIRI
Untuk belajar bagaimana mengelola dan membina remaja, pengurus Café Gaul dan LMI Madiun pada tanggal 22 Maret berkunjung ke Kediri yang sudah berhasil membina kelompok remaja-remaja di Kediri. Dari kunjungan ini diharapkan pengurus Café Gaul bisa mengelola remaja-remaja di Madiun, menjadi remaja-remaha yang berpotensi dan berprestasi. Di kegiatan ini, kami juga mengunjungi tempat pemberdayaan kambing yang ada di kota Pare Kediri.

3. SANTUNAN ABANG BECAK JALAN SEMANGKA 32
26 Maret 2009 LMI Madiun menyerahkan santunan sembako dan kaos Paguyuban Abang Becak sebanyak 100 paket. Santunan sembako akan kami berikan rutin setiap bulan selama enam bulan. Harapan LMI dengan terbentuknya Paguyuban Abang Becak ini, LMI Madiun bisa memberikan pembinaan dan pelatihan pada keluarga abang becak.



4. BEASISWA PINTAR
Bi bulan Maret ini LMI Madiun memberikan beasiswa pintar kepada 210 anak TK, SD, SMA dan SMA dari keluarga kurang mampu. Tujuh puluh lima anak berasal dari Kare, Gemarang, dan Saradan yang setiap bulan sekali kami salurkan lewat LMI yang ada di daerah tersebut. Untuk siswa TK & SD dengan nominal Rp. 30.000, SMP Rp. 35.000, SMA Rp. 40.000 setipa bulannya.

5. SANTUNAN ANAK YATIM
Seratus anak yatim menerima santunan rutin tiap bulan berupa beasiswa sebesar Rp. 40.000 pada tanggal 19 April di rumah pintar LMI. Dua puluh anak yatim penerima santunan berasal dari kabupaten Madiun. Di kegiatan ini LMI juga membagikan nasi kardus yang berasal dari salah satu donatur LMI dengan hajat aqiqoh.

6. RUMAH PINTAR
Setiap hari Senin sampai Jum’at sore rumah pintar LMI Madiun tidak pernah sepi dari kunjungan anak-anak SD dan SMP. Mereka mendapatkan tambahan pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer dari pengajar Bimbel Gratis LMI. Setiap sore lebih dari 20 anak rutin ikut bimbel di rumah pintar.

7. MAJELIS TA’LIM
Pengajian rutin LMI berlangsung di Musholla Al Hidayah pada hari Jum’at (27 Maret) yang dihadiri 40 ibu-ibu lingkungan jalan Cempedak, sebagai narasumbernya mbak Yuli Susanti dengan materi “Keutamaan Sholat Shubuh” sedangkan warga Nambangan Lor yang tergabung dalam jamaah pengajian AS Sakinah menyelenggarakan pengajian di rumah bapak Sukirno yang tinggal di jalan Kutilang.

8. SANTUNAN NILA
Sejak kita keluarga Nila termuat dalam buletin Ukhuwah LMI Madiun, kepedulian masyarakat terus berdatangan baik dari dalam kota Madiun maupun luar kota Madiun. Tim LMI Madiun sudah tiga kali berkunjung ke rumah Nila untuk menyerahkan bantuan donatur yang disalurkan lewat LMI.

9. BISA
Program BISA LMI berlangsung di jalan Semangka, Cempedak, Pepaya, dan Bali. Belajar Al-Qur’an yang rutin diadakan dua kali sampai tiga kali dalam seminggu diikuti ibu-ibu dan adik-adik usia TK dan SD.

10. TRAINING MOTIVASI DI SMPN 11
Untuk menyiapkan siswa-siswa SMPN 11 agar sukses melaksanakan ujian, SMPN 11 bekerjasama dengan LMI Madiun menghadirkan trainer dari Jogja yaitu Mr. Fatan Fantastik untuk memberikan trik-trik sukses ujian. Acara ini berlangsung di aula SMPN 11 diikuti seluruh siswa kelas 3, mulai pukul 08.00 sampai 12.00.

11. PROGRAM SEHAT DAN BUAH HATI
Pemberian makanan tambahan adalah salah satu kegiatan yang berlangsung setiap Posyandu Balita. Melalui kader posyandu, LMI Madiun memberikan makanan tambahan di Posyandu jalan Serayu berupa telur dan pisang, posyandu Cempedak berupa kacang hijau dan pisang, posyandu Asahan berupa kacang hijau, posyandu jalan Mojo berupa telur dan kacang hijau dan posyandu jalan Seram berupa telur dan pisang.

12. SANTUNAN UKKIN
Ukkin yang menderita gangguan pembuangan masih rutin menerima santunan kesehatan dari LMI untuk membantu biaya kontrol ke rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya.

13. SANTUNAN DHUAFA
Santunan Dhuafa LMI masih kami berikan pada mbah Lasinem, pak Sarju, bu Lilik, pak Mulyono dan pak Slamet yang mengalami kesulitan hidup sehari-hari karena kondisi fisik yang sudah tua sehingga tidak mampu bekerja dan juga beban untuk menghidupi keluarga tidak bisa tercukupi.

14. PEDULI GURU
Kepedulian LMI Madiun kepada guru-guru yang masih bergaji di bawah UMR masih tetap diberikan rutin setiap bulan kepada 30 orang guru TK dan SD.

15. CLUB CENDIKIA
Kegiatan adik-adik Club Cendikia dibidang olahraga masih terus dibina. Sepekan sekali latihan sepakbola di lapangan CPM Setiabudi dan bulu tangkis di SMPN 6 pesertanya ssiwa SD dan SMP.

16. STUDI BANDING KE JOGJA
Untuk meningkatkan skill menulis adik-adik yang tergabung dalam FORRSKI Madiun, hari Ahad (19 April) berkunjung ke markas penulis Jogja yang tergabung dalam PROU. Kunjungan ini dalam rangka menimba ilmu untuk lebih memantapkan diri menjelang hadirnya media da’wah remaja di Madiun.

LAPORAN KEGIATAN LMI CABANG MADIUN BULAN MARET 2009

LAPORAN KEGIATAN LMI CABANG MADIUN
BULAN MARET 2009

1. Beasiswa
Ahad (1 Maret) LMI Madiun awal periode VII program beasiswa LMI Cabang Madiun dua ratus anak mulai TK sampai SMA dari berbagai sekolah baik negeri maupun swasta menerima santunan beasiswa. Acara yang bertempat di musholla Baiturrahman jalan Semangka selain dihadiri penerima beasiswa juga orang tua siswa. Di acara ini juga disampaikan sosialisasi bimbel, komputer dan kursus bahasa Inggris yang juga merupakan program LMI bagi siswa penerima beasiswa.

2. Majelis Ta’lim
Kegiatan ta’lim rutin yang diselenggarakan LMI alhamdulillah membawa dampak positif bagi ibu-ibu yang selalu hadir di ta’lim LMI. Keinginan mereka untuk belajar Islam begitu besar seperti di majelis ta’lim jalan Pepaya, Seram, Pringgodani, Puri Pertama Hijau, Semangka, dan Cempedak. Setiap bulan ibu-ibu di tempat tersebut selalu mengingatkan LMI untuk menyediakan ustadz pengisian ta’lim.

3. Seminar Motivasi
Kehadiran mas Chidmat dari Trusco Surabaya nampaknya disambut dengan baik bagi remaja-remaja di Madiun. Permintaan beliau untuk memberikan training motivasi remaja untuk berubah ke arah positif semakin meluas. Dalam rangka peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, mas Chidmat diundang SMA 3, SMKN 5, SMKN 4 untuk memberikan penyegaran dan motivasi baru kepada siswa siswinya dengan harapan ada dampak positif baik segi akhlak maupun prestasinya.

4. Training Wakasek dan Guru di Gedung Diklat
Sabtu (14/3) bertempat di Gedung Diklat Pemkot Madiun berlangsung training Wakasek dan guru SMP dan SMA se-kota Madiun dengan tema “Membangkitkan motivasi dan potensi pelajar”. Acara yang menghadirkan pak Darwis (trainer dari Kediri) sebagai narasumber merupakan sosialisasi LMI Madiun di dunia pendidikan, sekaligus memperkenalkan “Café Gaul” sebagai wadah pembinaan potensi dan kreativitas pelajar di Madiun. Dalam materinya beliau memberikan trik-trik memotivasi pelajar untuk mengembangkan potensi dan prestasi pelajar.

5. Sehat Ibu dan Buah Hati
Program pemberian makanan tambahan bagi balita lewat posyandu yang ada di jalan Kutilang, Cempedak, Mojo dan Margobawero merupakan bentuk kepedulian LMI Cabang Madiun kepada balita-balita yang berasal dari keluarga kurang mampu.

6. Bimbel dan Komputer Gratis
Setiap hari Senin sampai Kamis anak-anak kelas 3 sampai kelas 6 mendapatkan bimbingan belajar Matematika, Bahasa Inggris, IPA dan Komputer dari relawan-relawan LMI. Kegiatan bimbel dan komputer berlangsung di rumah pintar LMI mulai pukul 15.00 sampai 17.15 yang diikuti 40 siswa SD.

7. BISA (Belajar Intensif Al Qur’an)
Program BISA LMI berlangsung di TPA dan majelis ta’lim ibu-ibu musholla Baiturrohman, musholla Al Ikhlas Jl. Bali, mushola jalan Cempedak dan ibu-ibu di jalan Pepaya. Peserta program BISA LMI adalah ibu-ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

8. Santunan Kesehatan dan Santunan Dhuafa
Santunan kesehatan masih diberikan pada ukkin dan bu Dini sedangkan penerima dhuafa bulan Maret adalah ibu Lilik seoran janda dengan empat orang anak, bu Miati seorang ibu yang harus menjadi tulang punggung keluarganya, bu Paenah seorang ibu dengan lima orang anak, pak Slamet seorang pemulung sampah, pak Sarju dan mbah Lasinem serta pak Mulyono sorang muadzin di salah satu musholla di Jl. Bali.




9. Peduli Guru
Tiga puluh delapan guru TK dan MI masih tetap rutin mendapat santunan bulanan dari LMI Madiun untuk menambah penghasilan mereka yang masih di bawah UMR.

10. Pengobatan Gratis
Tgl. 7 Maret di jalan Jambu Kembar, tim medis LMI Madiun hadir melakukan pengobatan gratis untuk lingkungan tersebut. Tujuh puluh orang mengunjungi posko kesehatan LMI yang dimulai pukul 9 pagi. Dua orang dokterm 2 perawat dan satu apoteker memberikan layanan kesehatan.

11. Kumpul Bareng Café Gaul
Ahad (1 Maret) bertempat di Aula MAN 2 berlangsung training motivasi yang diselenggarakan Café Gaul (bagian pembinaan remaja program LMI) dengan narasumber pak Fauzi. Acara yang dihadiri 150 anak SMP dan SMA yang tergabung dalam Café Gaul meluncurkan Blog Café Gaul untuk sarana mengapresiasikan kreativitas remaja di Madiun.

12. Santunan Anak Yatim
Ahad (8/3) LMI Madiun memberikan santunan kepada 100 anak yatim mulai TK sampai SMA di lapangan Gulun. Setiap anak menerima Rp. 40.000 setiap bulannya.

13. Club Cendikia
Setiap ahad pagi 35 anak SD yang tergabung dalam Club Cendikia mengikuti latihan sepak bola di lapangan CPM yang dipandu pak Eko dan mas Dani. Sedangkan 15 anak SMP berlatih bulu tangkis di SMPN 6 setiap hari Sabtu jam 20.00 sampai 22.00.