Jumat, 18 Februari 2011

KISAH NYATA : Tetap Sekolah Meski Harus Jadi Pengasuh Bayi



Terlahir dr sebuah keluarga yang sederhana dan bersahaja itulah yang sll terukir indah di hatiku. Sebuah nama SABITA, begitulah aku dipanggil. Dgn lima bersaudara aku melihat betapa orang tuaku harus banting tulang untuk menghidupi dan menyekolahkan kami. Namun satu hal yg sangat aku banggakan atas orang tuaku bahwa mereka bekerja dengan tulus demi anak2nya walau mungkin hanya sekedarnya.

Sewaktu aku masih ada di bangku klas IV SD, cita2ku menjadi seorang guru. aku tak tahu bahwa untuk impian itu butuh biaya yg tak sedikit dan waktu yg sangat panjang. aku baru tahu saat duduk di klas VI setelah aku menyimak penjelasan bpk ibu guruku. Apakah mungkin aku dapat wujudkan impianku?

Sejenak aku harus endapkan cita2ku karena aku harus bergumul dgn kesiapan kelulusanku dari jenjang pendidikan dasar. Yang terpikir adalah bagaimana aku bisa lulus dgn hasil yang terbaik. Karena aku sadari hasil itulah yang membuat orang tuaku tersenyum dan seakan menambah rentang batas usia mrk bertambah. Selain itu saat itu aku sangat ingin sekolah di SMP favorit di kotaku. Sekali lagi aku di hempaskan dgn kenyataan hidup karena ketidak mampuan ekonomi. Dan akupun harus belajar untuk bijaksana memandang hidupku. Tak mungkin bagiku dgn segala keterbatasan yang ada hrs memaksakan citaku maka akupun hrs bisa memuaskan diriku dgn sekolah di tempat yg tak jauh dr rumahku, untuk meringankan beban orang tuaku. Aku harus yakin keterbatasan ini takkan memasung keberhasilanku kelak. Aku juga tak mau memaksakan keinginanku pada orang lain terutama orang tuaku, sabar dan yakin semua pasti ada jalan keluarnya.

Mulailah aku dgn masa sekolah di SMP , aku menikmati suasana baru di sekolahku , teman2ku bertambah banyak. Semua berjalan indah dan aku belajar keras . dalam benakku hanya satu aku ingin yang terbaik untuk bpk ibuku. Di sela kesibukan belajar dan membantu keseharian tak lupa aku selipkan sebait doaku agar orangtuaku diberi kemampuan dan rezeki. Untuk meringankan orang tua maka kakakkupun membantu pembiayaan sekolahku.

Waktu berjalan dgn pesat nilai raporku membuat orang tua dan kakaku tersenyum. Begitupula banyak lomba dan kompetisi yang kumenangkan. Semua tak lepas dr motivasi dan semangat yang diberikan orangtuaku. semua membekas dan terpahat di dadaku…“Nduk… walau kita tak berpunya kamu harus punya cita2, kamu harus belajar yang rajin ya nduk…agar kamu tidak seperti bpk dan ibu…”

Hingga tak terasa akupun sudah diambang detik2 UNAS. Targetku lima besar tercapai . tak kuhiraukan lelah keluh dan kesah yang ada di jiwaku. Yang aku mau bagaimana aku bisa menggunakan fasilitas sekolah yang mengadakan bimbel gratis. Motoku hanya satu…”Aku bisa dan aku pasti bisa”….Sebab aku tahu orang tuaku juga kakakku sudah banting tulang untukku, Alhamdulillah segala kegigihanku, dan doa orang tuaku terjawab,…aku lulus dgn posisi 4 besar.

memang hidup ini bak roda dan aku tak mau terhempas aku harus kuat. Cita2ku hampir kandas. Orang tuaku sdh tidak kuat untuk bekerja dan kakakkupun sudah dipinang orang. Tak mungkin aku meneruskan studiku..dan akupun berusaha memutar haluan hidupku…dgn bekerja

Tak kuhirau teguran guruku saat beliau nasehati agar aku melanjutkan sekolah. dengan terbata2 kusampaikan ”apakah mungkin dengan sepetak tanah yang hanya mampu menghasilkan uang 3 atau 4 bln sekali dan hanya cukup untuk makan, lalu hrs membiayai sekolahku setiap bulan ?” . Gurukupun akhirnya tahu bahwa aku tak mau menambah penderitaan orang tuaku dan akhirnya beliaupun menasehatiku “ tabah dan sabar, sebab semua sudah diatur Alloh SWT dan yakinlah semua ada penyelesaiannya…bu guru yakin kamu pasti bisa melaluinya”.

Beberapa hari waktuku kuhabiskan dgn membantu dan bercengkerama dgn bpk ibuku di rumah hingga tak terasa saat pembagian ijazah itu tiba. Bersamaan dengan itu aku ditawari guruku untuk bekerja di rumahnya. Akupun minta pertimbangan bpk ibu dan kakakku. Mulailah aku menjadi pengsuh bayi guruku.

Setiap hari aku berjibaku dgn pekerjaan mengasuh bayi yg baru berusia 3bln. Bangun pagi tak nyenyak tidurkupun sudah menjadi kebiasaan dalam hidupku. Kujalani semua dengan senyum dan sabar. Dan Tak terasa tibalah tahun ajaran baru. Aku ditawari guruku untuk sekolah namun di sekolah kejuruan di Madiun

Aku harus bangkit. Aku tatap masa depanku. Aku kayuh roda hidupku…aku nikmati epidode hidupku. Dan akhirnya akupun mampu adaptasi. Tak terasa temankupun bertambah. Tak lupa disaat saat tertentupun aku selalu curhat dengan guru yang membiayaiku. Untuk pengayaan mentalkupun guruku mengenalkan aku dengan pembinaan rutin yang diadakan LMI. Akupun akhirnya menjadi anak asuh binaan lembaga sosial yang mengelola keuangan umat dan pemberdayaan umat tersebut. Sungguh dunia lain yang membuatku bisa menatap ke depan… aku pun makin tahu bahwa hidup ini indah dan aku ingin tetap bermanfaat dengan kehidupanku. Mulailah aku asah kembali cita2ku dan kelak impianku ingin aku wujudkan dlm kehidupan nyataku….amin.


Kisah nyata ini bisa Anda baca di http://www.facebook.com/note.php?created&&note_id=10150097657272273#!/note.php?note_id=10150097657272273

Aku Ingin Membanggakan Orang Tuaku

Namaku Fian (nama samaran). Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku tinggal di sebuah rumah sederhana di Pilangbango bersama ibuku. Ayahku meninggal saat aku masih sekolah di Taman Kanak-kanak. Sedangkan kakakku tinggal di rumah istrinya di Magetan. Kadang jika libur kakak pulang untuk menemaniku dan ibu. Tapi kakak tidak bisa membantu untuk kehidupan dan sekolahku karena ia hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan anak dan istrinya saja.

Kini aku sudah duduk di bangku SMP. Kehidupan kami sangat sederhana. Sehari-hari kami makan apa adanya. Jika ada uang, terkadang aku makan dua kali sehari. Tetapi jika tidak ada uang aku biasa makan sekali saja dalam sehari, bahkan bisa juga tidak makan sama sekali. Semua itu karena kondisi perekonomian kami yang sangat labil. Keadaan terasa lebih sulit karena ibuku sekarang tidak bekerja. Sebelumnya ibu bekerja di produsen sate Ponorogo. Sekarang produsen sate tersebut tidak berjualan lagi sehingga ibuku diliburkan dan terpaksa tidak bekerja. Ibuku bingung bagaimana harus mencari nafkah untuk menghidupiku. Ibu ingin sekali berjualan sayuran di rumah. Beliau tidak kuat jika harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga karena pekerjaan itu dirasa sangat berat, apalagi ibu menderita Diabetes.

Ibu mendapatkan penyakit ini karena factor keturunan. Kakekku yang sebelumnya menderita penyakit ini, dan sekarang menurun pada ibu. Sekarang kakek sudah meninggal, tapi penyakit yang diturunkannya terlanjur diwarisi ibuku. Kalau ibu kecapaian, kadar gulanya naik. Ini tentu saja berdampak kurang baik terhadap kesehatan ibu. Setiap dua minggu sekali ibu cek darah di PUSKESMAS Tawangrejo.

Kini aku mendapat sedikit bantuan dalam hal administrasi sekolah dari pamanku, tapi masih belum cukup juga. Alhamdulillah aku mendapat Beasiswa dari LMI Cabang Madiun sehingga bisa membantu meringankan biaya sekolahku. Setiap bulan secara rutin aku menerima Beasiswa dari LMI Cabang Madiun bersama puluhan siswa yang senasib denganku. Kami berkumpul di kantor LMI yang bertempat di jalan Semangka untuk menerima Beasiswa khusus anak yatim. Aku sedikit lebih beruntung, karena beberapa temanku yang hadir ternyata sudah tidak punya orangtua sama sekali. Alhamdulillah aku masih punya ibu yang selama ini merawatku dengan susah payah, terlebih setelah kepergian ayah.

Bulan Februari kemarin aku hadir dalam acara penyerahan beasiswa dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan sepanjang perjalanan. Tapi aku tetap bertekad untuk hadir karena aku sangat memerlukan beasiswa itu. Setelah menempuh perjalanan dalam derasnya hujan, akhirnya aku sampai juga di kantor LMI, walaupun aku terlambat. Ragu-ragu aku memasuki kantor karena takut mengotori lantai kantor, apalagi baju koko putih yang kupakai terus menerus meneteskan sisa air hujan. Tetapi pegawai LMI mnyuruh aku masuk, maka aku memberanikan diri memasuki kantor dan segera bergabung dengan teman-temanku yang tengah mengikuti training dari seorang trainer yang berasal dari TRUSCO. Sahabat Hikmat (begitu kami memanggilnya) memeberikan motivasi yang luar biasa sehingga membuatku makin optimis dalam berikhtiar dan berusaha sepenuhnya tawakal kepada Alloh SWT. Di akhir acara aku tak bisa menahan air mataku ketika sahabat Hikmat membimbing kami berdoa. Bahuku terguncang dalam isak tangis, aku ingin lebih dekat kepada Alloh. Dia yang menggenggam hidupku, termasuk masa depanku. Aku yakin Alloh tidak meninggalkankanku. Maka aku optimis bisa melalui semuanya.

Sebenarnya aku masih bingung, setelah lulus SMP, bagaimana aku mendapat biaya untuk melanjutkan sekolah di SMA? Aku terus berdoa dan berusaha. Semoga ada yang membantuku. Ingin rasanya aku nekat mencari pekerjaan untuk meringankan beban ibuku, walaupun itu bisa mengganggu sekolahku. Tapi ibu tidak mengijinkan aku bekerja. Sekarang aku memang harus focus pada persiapan menghadapi UNAS. Aku senang di LMI Cabang Madiun ada kegiatan Bimbingan Belajar gratis karena aku bisa mendapatkan pelajaran tambahan. Aku kuatir tidak bisa lulus UNAS, tapi akan akan tetap berdoa dan berusaha supaya bisa lulus. Aku akan sekolah sungguh-sungguh supaya bisa membanggakan orangtuaku dan semua yang telah peduli padaku, serta membantuku. Terima kasih semuanya…

Kisah nyata ini bisa Anda baca di http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=10150097649597273#!/note.php?note_id=10150097649597273