Minggu, 18 September 2011

Terima kasih para Donatur yang Budiman..

Para Donatur yang budiman, masih teringat pada seorang lansia penderita katarak yang dimuat pada buletin bulan lalu? Lansia tersebut bernama pak Rokim, yang secara tiba-tiba kehilangan penglihatannya seusai mencangkul sawah. Semenjak itu beliau hanya bisa berdiam diri di dalam bilik kecil di rumahnya. Namun, sekarang tidak lagi karena penglihatan beliau telah kembali pulih.


Sebelumnya, pak Rokim dibawa berobat kepada seorang dokter spesialis mata di kota Madiun. Kemudian beliau menjalani cek glukosa dan tekanan darah di sebuah laboratorium. Namun, tekanan darah beliau termasuk tinggi. Beberapa hari kemudian, setelah tekanan darahnya menurun, dokter mengijinkan beliau menjalani operasi mata di sebuah Rumah Sakit.


Tepatnya pada hari Rabu pagi, tanggal 27 Juli 2011, pak Rokim ditemani keluarga dan seorang petugas LMI bersiap-siap untuk melaksanakan operasi mata sebelah. Serangkaian prosedur pendaftaran dan cek pra operasi dilalui dengan lancar, kemudian menit demi menit berikutnya adalah menunggu proses pelaksanaan operasi sesuai jadwal.


Pak Rokim adalah pasien yang menempati urutan ke tiga untuk dioperasi pada hari itu. Setelah menunggu cukup lama, barulah pada pukul 14.30 nama beliau dipanggil untuk dibawa masuk ke ruang operasi. Dengan izin Alloh SWT operasi tersebut berjalan lancar. Pak Rokim kini bisa kembali melihat dan beraktifitas seperti sedia kala. Sebelah mata yang dioperasi telah sembuh secara total, dan mata yang tidak dioperasi secara rutin diberi obat sehingga penglihatannyapun kembali jernih secara berangsur-angsur.


Pada hari itu juga, keluarga pak Rokim menghaturkan ucapan terima kasih dan do’a untuk donatur yang telah bersedia membiayai pengobatan dan operasi pak Rokim. Semoga segala amal dan kebaikan para donatur mendapatkan balasan dari Alloh SWT. Terima kasih para Donatur yang budiman..

***


Bagi Pembaca yang ingin membantu mereka yang membutuhkan, bisa menghubungi kami atau silakan transfer ke Rekening-rekening yang telah kami sediakan:

Berapapun bantuan Anda....

Arahkan Mouse dan KLIK SEKARANG Internet Banking Anda


Internet Banking BCA, KLIK DISINI

Internet Banking BNI , KLIK DISINI

Internet Banking BRI , KLIK DISINI

Internet Banking Mandiri , KLIK DISINI

Internet Banking BMI , KLIK DISINI

Internet Banking BSM , KLIK DISINI

Internet Banking BII , KLIK DISINI


dan transfer ke rekening:


1. BCA: 1771064766 an. Miftahurrohman
2. BNI: 9545951-0 an. Miftahurrohman
3. BRI: 0045-01-025609-50-2 an. Miftahurrohman
4. Mandiri: 144-00-1189170-9 an. Lembaga Manajemen Infaq Ukkhuwah
5. BMI: 742.00037.22 an. LMI cabang madiun
6. BSM: 0640006667 an. LMI cabang Madiun
7. BII: 1051231127 an. Oki surendro
8. Bank Jatim: 0052765897 an. Miftahurrohman



Setelah mentransfer, silakan melakukan konfirmasi ke Nomor:

085 645 200 200
083 872 200 200
081 234 200 200

‘Adikku, Kita Sekarang Yatim Piatu...’

Namaku Vivi. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku punya seorang adik laki-laki yang lucu. Ia masih balita dan belum bisa apa-apa. Jadi, aku yang harus mengurusnya.


Aku adalah seorang siswi kelas satu SD. Aku tak punya orang tua lagi. Ayahku meninggal pada bulan Desember tahun lalu, karena sakit ginjal. Belum lama setelah kepergian ayah, penyakit paru-paru yang diderita oleh ibu kambuh. Mungkinkah ibu merasa tertekan dengan keadaan ini, sehingga penyakitnya kambuh lagi? Aku tak terlalu tahu. Yang jelas, setelah kejadian itu hidupku sepertinya berubah.


Selama ini kami sekeluarga tinggal di rumah nenek. Nenekku biasa berjualan pakaian bekas di pasar. Jarak yang cukup jauh beliau tempuh dengan sepeda setiap hari. Usia yang mulai menua tak pernah menjadi penghalang untuknya. Tapi semenjak ibu sakit, nenek tidak lagi berjualan. Nenek mengurus ibu yang sakit, sementara aku yang harus mengurus adikku. Begitu pula ketika ibu harus dirawat di Rumah Sakit. Seluruh perhatiannya terfokus pada perawatan ibu. Aku sudah terbiasa mengurus diri sendiri dan adikku.


Hingga... suatu hari ibu meninggalkan kami semua. Aku belum paham benar harus bagaimana. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, maka aku hanya diam saja. Aku bahkan tak tahu apakah harus menangisi kepergian ibu atau pura-pura tak tahu. Aku bingung. Semuanya berubah terlalu cepat. Aku semakin bingung, sementara adikku yang kuasuh masih asyik berceloteh sambil memandangi para pelayat satu-persatu dengan tatapan tak mengerti. ‘Adikku, kita sekarang yatim piatu..,’ bisik hatiku. Tapi memangnya kenapa, apa dunia akan berubah jika kami jadi yatim piatu? Entahlah. Aku tak mungkin bertanya pada nenek yang kelihatannya masih terpukul. Aku juga tak mungkin berdiskusi dengan adikku yang belum mengerti apa-apa. Aku.. harus bagaimana?


Hari telah berganti. Nenek tak lagi berjualan pakaian bekas di pasar. Sepeninggal ibu, harus ada orang yang menjaga adikku. Aku sendiri harus sekolah. Nenek tak bisa meninggalkan cucunya di rumah sendiri, juga tak mungkin tega membawanya ke pasar. Keadaan ekonomi kami semakin memburuk.

Suatu hari, nenek mengatakan bahwa beliau tak bisa menghidupiku dan membiayai sekolahku lagi. Nenek hanya mampu mengurus adikku. Saudara-saudara ibu belum bisa membantu karena mereka sendiri juga masih kekurangan. Sedangkan saudara-saudara ayahku, tak ada yang tahu keberadaannya. Kami sudah lama kehilangan komunikasi dengan mereka, bahkan sejak ayahku masih hidup.


Berbagai pertimbangan telah dipikirkan. Maka suatu hari, nenek menitipkanku di sebuah panti asuhan. Sejak saat itu aku tinggal di sana, di tempat yang sangat asing dan berbeda. Aku berusaha beradaptasi. Aku yang terbiasa hidup bebas kini harus terikat dengan banyak aturan. Selama tinggal di panti, aku selalu teringat pada nenek dan adikku. Aku harus terpisah dengan mereka... Tapi rupanya nenek sering datang menjengukku. Bahkan, sepertinya di panti itu aku adalah anak yang paling sering mendapat kunjungan. Aku senang sekali karena nenek selalu datang menemuiku.


Suatu hari, aku berpikir untuk pulang dan tinggal di rumah saja. Aku ingin dekat dengan nenek dan adikku. Aku juga ingin sekali sekolah di sekolahku yang dulu. Kemudian aku nekat kabur dari panti. Aku sadar bahwa rumah nenek sangat jauh, apalagi aku pulang dengan berjalan kaki. Tapi aku yakin akan bisa sampai di rumah. Aku percaya bisa menemukannya. Aku terus menyusuri pinggiran jalan aspal, tak peduli terik matahari yang memanggang kulitku.


Sekarang aku tinggal dengan sebuah keluarga yang tempatnya tak jauh dari rumah nenek. Hanya bebeda RT saja. Di keluarga itu, aku diperlakukan seperti anak sendiri. Kasih sayang dari orang tua bisa kudapatkan di sana. Aku kembali menimba ilmu dari sekolahku yang lama. Pihak sekolah rupanya empati pada keadaanku, sehingga permohonan kepindahanku bebas administrasi.


Aku juga bisa bertemu dengan nenek dan adikku kapanpun aku mau. Karena jarak yang dekat, aku bisa berjalan kaki ke rumah. Dan itu kulakukan setiap hari. Sepulang sekolah, tiap siang hari aku ke rumah nenek. Aku mengurus adikku sementara nenek sibuk dengan pekerjaan rumah tangga. Tiap sore, orang tua angkatku dat ng menjemputku untuk pulang bersama ke rumah mereka. Hingga saat ini, seperti itulah rutinitasku.

Nenek pernah berkata bahwa beliau akan mempertahankan adikku selama beliau masih mampu mengurunya. Kini adikku adalah satu-satunya semangat hidup untuk nenek. Tapi beliau juga tak tahu sampai kapan sanggup mengurus adikku. Entahlah, aku belum mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Mungkin nanti kalau aku sudah besar, aku akan tahu. Kupandangi adikku yang sibuk bermain dengan sepotong roti di tangannya. Suatu saat ketika ia sudah besar, pasti ia akan bertanya tentang banyak hal. Juga tentang sejarah kehidupan kami, kehidupan dua bocah yatim piatu yang belum mengerti apa-apa.



Bagi Pembaca yang ingin membantu, bisa menghubungi kami atau silakan transfer ke Rekening-rekening yang telah kami sediakan


Berapapun bantuan Anda....

Arahkan Mouse dan KLIK SEKARANG Internet Banking Anda


Internet Banking BCA, KLIK DISINI

Internet Banking BNI , KLIK DISINI

Internet Banking BRI , KLIK DISINI

Internet Banking Mandiri , KLIK DISINI

Internet Banking BMI , KLIK DISINI

Internet Banking BSM , KLIK DISINI

Internet Banking BII , KLIK DISINI


dan transfer ke rekening:


1. BCA: 1771064766 an. Miftahurrohman
2. BNI: 9545951-0 an. Miftahurrohman
3. BRI: 0045-01-025609-50-2 an. Miftahurrohman
4. Mandiri: 144-00-1189170-9 an. Lembaga Manajemen Infaq Ukkhuwah
5. BMI: 742.00037.22 an. LMI cabang madiun
6. BSM: 0640006667 an. LMI cabang Madiun
7. BII: 1051231127 an. Oki surendro
8. Bank Jatim: 0052765897 an. Miftahurrohman



Setelah mentransfer, silakan melakukan konfirmasi ke Nomor:

085 645 200 200
083 872 200 200
081 234 200 200

Kisah Yatim; Aku Ingin Menjadi Ahli Mesin (Cita-cita Si-yatim Cacat dari Keluarga Tak Mampu)

Namaku Angga. Aku adalah seorang siswa di sebuah SMP swasta di kota Madiun ini. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahku telah lama meninggal, dan menitipkan predikat ‘yatim’ kepada aku dan kakak-kakakku. Kemudian aku hidup bersama ibu, kedua kakakku, kakak ipar, dan seorang keponakan. Kami tinggal di salah sebuah gang di kecamatan Taman.


Kini aku sudah kelas delapan. Itu artinya tidak lama lagi aku akan berada pada tingkat akhir sekolah dan harus menempuh ujian. Aku mencoba menerawang jauh ke masa depan. Apa aku bisa sampai pada masa itu, masa di mana setiap siswa menyelesaikan sekolahnya hingga di akhir tingkat atas? Ibuku saja tak tahu bagaimana caranya, apalagi aku.


Masalahnya, biaya pendidikan begitu mahal. Apakah orang seperti aku masih punya harapan? Aku menggeleng kecil, mulai pesimis. Padahal keinginanku begitu kuat. Impian kami saat ini hanya satu; aku bisa menyelesaikan pendidikan hingga akhir SMK. Tapi, bisakah hingga akhir SMK? Untuk menyelesaikan hingga akhir SMP saja ibuku harus berpikir keras.


Maklum saja, ibuku bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Bisa menerka berapa penghasilannya? Ibu yang seorang diri harus membiayai kami semua. Kakak lelakiku yang telah berkeluarga juga masih menjadi tanggungan ibu, lengkap dengan istri dan anaknya. Kakak perempuanku baru lulus dari sekolah kejuruan dan belum bekerja. Cita-citanya untuk kuliah juga harus kandas karena keadaan ekonomi kami. Walaupun sekarang ibu hanya membiayai sekolah satu anak, tetap saja masih terasa memberatkan.


Aku jadi kasihan pada ibu. Beliau harus membanting tulang seorang diri. Aku belum bisa membantu apa-apa. Jangankan meringankan beban beliau, aku justeru sering lebih menyusahkannya. Bagaimana tidak? Setiap hari ibu harus mengantarkan dan menjemputku ke sekolah. Padahal, aku tahu ibu sudah cukup kelelahan dengan pekerjaaannya. Tapi... aku juga butuh bantuan ibu.


Aku mempunyai keadaan yang berbeda dengan orang kebanyakan. Kakiku tumbuh tidak seperti kaki orang-orang pada umumnya. Dengan kondisi tersebut, aku tak bisa berdiri tegak. Jika ingin berdiri, aku harus berpegangan dan bersandar pada dinding. Kalau tidak, tentu aku akan terjatuh. Ketika ingin berjalan, aku harus melakukannya dengan perlahan dan tertatih-tatih. Aku tak boleh terburu-buru, atau akibatnya akan fatal.


Keadaan inilah yang membuat ibu harus mengantarku ke sekolah tiap pagi, dan menjemputku tiap siang hari. Semua itu dilakoni ibu dengan sabar, tanpa pernah mengeluh. Pesan ibu yang selalu diucapkannya hanyalah bahwa aku harus berusaha menyelesaikan pendidikanku dengan baik dan tuntas. Ibu ingin anak-anaknya bernasib lebih baik darinya.


Ingin rasanya aku memenuhi impian ibu. Aku belum tahu pasti bagaimana caranya. Yang harus kulakukan sekarang adalah serius belajar. Aku sudah menyusun rencana untuk peta kehidupanku di masa depan. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk segera naik ke kelas sembilan, mengikuti Ujian Nasional, apapun rintangannya dan berusaha lolos ke SMKN 1 Madiun. Aku ingin menjadi ahli mesin. Ya, aku harus berusaha sebisaku. Biar nanti Alloh yang akan tunjukkan jalanNya. Aku percaya, Alloh SWT pasti membantu hambaNya.


Bagi Pembaca yang ingin membantu, bisa menghubungi kami atau silakan transfer ke Rekening-rekening yang telah kami sediakan.


Berapapun bantuan Anda....

Arahkan Mouse dan KLIK SEKARANG Internet Banking Anda


Internet Banking BCA, KLIK DISINI

Internet Banking BNI , KLIK DISINI

Internet Banking BRI , KLIK DISINI

Internet Banking Mandiri , KLIK DISINI

Internet Banking BMI , KLIK DISINI

Internet Banking BSM , KLIK DISINI

Internet Banking BII , KLIK DISINI


dan transfer ke rekening:


1. BCA: 1771064766 an. Miftahurrohman
2. BNI: 9545951-0 an. Miftahurrohman
3. BRI: 0045-01-025609-50-2 an. Miftahurrohman
4. Mandiri: 144-00-1189170-9 an. Lembaga Manajemen Infaq Ukkhuwah
5. BMI: 742.00037.22 an. LMI cabang madiun
6. BSM: 0640006667 an. LMI cabang Madiun
7. BII: 1051231127 an. Oki surendro
8. Bank Jatim: 0052765897 an. Miftahurrohman



Setelah mentransfer, silakan melakukan konfirmasi ke Nomor:

085 645 200 200
083 872 200 200
081 234 200 200

Kanker Merenggut Nyawa Anakku di Usia 2,5 Tahun, Kini Anak Ketigaku Melawan Penyakit yang Sama

Kanker mata teleh merenggut dua nyawa anakku,kala dua anak laki-laki ku berusia 2.5 tahun.Saat penyakit tersebut menyerang anak laki-laki ku yang pertama,aku dan suamiku menganggap bahwa penyakit tersebut adalah penyakit mata biasa,maklum aku adalah orang desa yang tidak berpendidikan tinggi,ditunjang ekonomi keluargaku termasuk keluarga tidak mampu.


Penghasilan sebagai buruh tani dan kerja serabutan,membuat aku tidak mampu untuk mengobati mata anakku.Belum sampai pada tindakan operasi,kanker sudah menyebar bahkan membuat nyawa anakku melayang. Akupun juga tidak mengira bahwa anak keduaku juga mengidap penyakit yang sama dan baru aku ketahui saat usianya 2.5 tahun ,hingga harus menjalani opersi di Surabaya.Namun ternyata tindakan operasi tidak menyembuhkannya,hingga ajal menjemput juga.


Setelah kepergian dua anak laki-laki ku,aku menjadi pobia untuk memiliki anak lagi.Apalagi setelah aku tahu bahwa penyakit ini karena keturunan.Salah satu mataku memang tidak bisa berfungsi setelah aku terkena panas tinggi saat masih kecil.Namun Allah berkehendak lain,dua tahun setelah kepergian anak ku yang kedua,aku hamil lagi.


Sejak hamil hingga anakku berusia 2 tahun,aku berusaha menjaganya dengan memberikan makanan yang bergizi pada buah hatiku meskipun kondisi ekonomi ku minim.Ini semua kulakukan agar penyakit yang diderita kedua kakaknya tidak hinggap pada buah hatiku yang ketiga. Aku selalu berdoa “Ya Alloh Ya Rabbi cukup dua anakku saja yang Engkau ambil.”


Namun takdir berkata lain,anak laki-lakiku yang ketiga ternyata mengidap penyakit yang sama yaitu kanker mata.Mata yang diserang pertama kali juga sama dengan kedua kakaknya,mata sebelah kiri.Dan itu baru aku ketahui ketika dia berusia 2 tahun.”Ya Alloh,aku sudah tidak punya apa-apa lagi,harta tidak aku miliki,aku pun selama ini cuma numpang pada orang tuaku,Akankah buah hatiku satu-satu nya ini akan Engkau ambil…??


Akhirnya anaku dirujuk ke rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya oleh salah satu dokter spesialis mata di madiun. Bahkan beliau memfasilitasi dan memperkenalkan aku pada LMI Madiun untuk proses pengobatan anakku ke Surabaya agar cepat tertangani.


Dengan diantar dan dibantu baik secara tenaga maupun biaya dari LMI Madiun anakku menjalani pemeriksaan dan pengobatab mulai romadhon hingga pasca lebaran.Setelah melalui beberapa pemeriksaan,akhirnya diputuskan pada tanggal 9 September 2011,anakku harus menjalani operasi mata sebelah kiri.Aku hanya berharap semoga kankernya belum menyebar ke mata sebelah kanan.


***


Pembaca bulletin Ukhuwah yang Budiman,itulah kisah keluarga Bu Ida warga Banjarsari Kulon Dagangan Pagotan yang saat ini mendampingi putranya menjalani pengobatan di RSU Dr. Soetomo Surabaya. Beliau berasal dari keluarga tidak mampu yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. Berita terkhir yang kami peroleh dari relawan LMI Madiun yang mendampingi keluarga Noval selama pengobatan mengabarkan bahwa putra beliau yang bernama Noval Dhorif pada tanggal 9 September 2011 telah menjalani operasi matanya sebelah kiri di rumah sakit mengabarkan,sepertinya kankernya sudah mulai menjalar ke mata sebelah kanan.


Untuk itu pembaca yang budiman,kami LMI Madiun mewakili keluarga mohon doanya agar kanker yang mulai masuk ke mata sebelah kanan bisa dimatikan sehingga tidak menyebabkan mata sebelah kanan diangkat.Tentu saja usaha ini butuh biaya yang tidak sedikit.Untuk proses pasca opersi mata sebelah kiri harus di chemo therapy dan pengobatan matanya sebelah kanan.Bagi donatur yang ingin membantu biaya pengobatan Noval Dhorif bisa menghubungi LMI Cabang Madiun.


Bagi Pembaca yang ingin membantu, bisa menghubungi kami atau silakan transfer ke Rekening-rekening yang telah kami sediakan:

Berapapun bantuan Anda....

Arahkan Mouse dan KLIK SEKARANG Internet Banking Anda


Internet Banking BCA, KLIK DISINI

Internet Banking BNI , KLIK DISINI

Internet Banking BRI , KLIK DISINI

Internet Banking Mandiri , KLIK DISINI

Internet Banking BMI , KLIK DISINI

Internet Banking BSM , KLIK DISINI

Internet Banking BII , KLIK DISINI


dan transfer ke rekening:


1. BCA: 1771064766 an. Miftahurrohman
2. BNI: 9545951-0 an. Miftahurrohman
3. BRI: 0045-01-025609-50-2 an. Miftahurrohman
4. Mandiri: 144-00-1189170-9 an. Lembaga Manajemen Infaq Ukkhuwah
5. BMI: 742.00037.22 an. LMI cabang madiun
6. BSM: 0640006667 an. LMI cabang Madiun
7. BII: 1051231127 an. Oki surendro
8. Bank Jatim: 0052765897 an. Miftahurrohman



Setelah mentransfer, silakan melakukan konfirmasi ke Nomor:

085 645 200 200
083 872 200 200
081 234 200 200