Senin, 07 Desember 2009

PEDULI JEFRY (12 thn) PENDERITA KEBOCORAN JANTUNG

Jefry Aditya, 12 . di usia yang sangat belia harus mengalami penderitaan panjang hingga saat ini. Penyakit kelainan jantung bawaan yang diderita Jefry sudah parah. Dia menderita tetralogy of fallot, terjadi defek atau lubang dari bagian infudibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga dan ventrikel). Dari anatomi, ada empat kelainan. Diantaranya, defek septum ventrikel yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel.

Kelainan lainnya, stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru. Juga, aorta overriding dan hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot ventrikel kanan. ''Ada empat kelainan di jantungnya.'' paparnya.

Selama ini, Jefry rutin berobat ke dr Oktora Wahyu Wijiyanto, dokter spesialis anak pada RSD Kabupaten Madiun. Saat diperiksa di rumah sakit, Jefry divonis mengidap kebocoran jantung. Lalu, oleh dokter spesialis anak rumah sakit itu disarankan operasi ke Jogjakarta atau Surabaya.

Setiap kali kontrol ke dokter dan untuk biaya obat di Madiun, dana yang dikeluarkan mencapai sekitar Rp 120 ribu. Tapi, sejak tiga pekan terakhir, Jefry tak lagi kontrol ke dokter karena kendala dana. Padahal seharusnya, seminggu sekali dia harus cek kesehatan. Apalagi harus menjalani Operasi di Jogjakarta atau Surabaya.

Akan tetapi, Biaya operasi yang dibutuhkan untuk proses kesembuhan, bocah penderita Tetralogy of Fallot tidak sedikit. Diperkirakan, mencapai Rp 100 juta. Parahnya, saat ini keluarga Jefry hanya mengantongi Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan perangkat desa Mejayan, Kabupaten Madiun.

Surat itupun baru diperoleh saat memeriksakan Jefry ke RSD Kabupaten Madiun di Caruban pada Agustus lalu. ''SKTM saja ngurusnya ndadak. Kalau untuk Jamkesmas adanya yang tahun 2005 dan sudah tidak berlaku,'' kata Muslikah, budhe Jefry.

Apa tidak cukup dengan pengobatan gratis menggunakan fasilitas surat keterangan miskin? Fasilitas itu bisa digunakan. Sumber dananya sharing antara pemkab dan pemprov. Namun, kebutuhan biaya untuk menyembuhkan Jefry tidak sedikit. Jadi, perlu upaya banyak pihak untuk menanggungnya.

Jefry Aditya, saat ini hanya bisa terbaring di atas ranjang. Dia ingin kembali bersekolah. Cita-citanya, ingin menjadi dokter. Dia menilai, profesi itu bisa menyembuhkan orang dan dirinya sendiri yang sedang sakit. ''Ingin menjadi dokter, kalau sakit bisa menyembuhkan sendiri,'' ungkapnya.

Muslikah mengaku miris setiap kali melihat Jefry mengingau. Terutama saat kondisi badannya panas dan pusing. ''Kalau lagi panas dia sering nangis dan sambat kenapa sejak kecil terus sakit. Dia ingin sehat seperti teman-temannya,'' tuturnya.

Sudah empat bulan ini, bocah 12 tahun itu hanya bisa duduk dan tiduran di atas tempat tidurnya. ''Ingin cepat sembuh dan kembali ke sekolah, berkumpul sama teman-teman,'' tambahnya.

Kebiasaannya memancing ikan di kali dekat rumah, juga tinggal kenangan. Sebab untuk sekadar berdiri, Jefry merasa badannya sakit semua. Dia kini tinggal bersama sang nenek, Jiran, di rumah kontrakan di RT 10, RW. 03, Desa/Kecamatan Mejayan. ''Ini yang sakit dan leher,'' ujarnya lirih, sambil tangannya memegang paha kiri.

Kondisi badan Jefry pun kurus, kulitnya sering membiru. Mulai di bibirnya, kelopak mata, telapak kaki dan tangannya. ''Napa maleh nek badane panas, warnane kulit sampek ireng. Mugi-mugi wonten sing mbantu biaya operasi (Apalagi, kalau badannya panas, warna kulit sampai kehitam-hitamanan. Semoga ada orang yang membantu biaya operasi, Red),'' kata Jiran mendampingi cucunya.

Kedua orang tua Jefry yakni Susanti dan Hendro Suwarno bekerja di salah satu perusaahan kayu di Kalimantan. Untuk kebutuhan makan, nenek 70 tahun itu harus menyiapkan nasi putih lembek.

Sumber tulisan : berita Jawa Pos Radar Madiun

Ingin berbagi dengan mereka yang membutuhkan? transfer saja via rekening kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar