Kamis, 21 Mei 2009

Kisah pak Sarju

Pak sarju adalah seorang mantan kondektur bus jurusan Surabaya-Jogja. Pekerjaan yang ditekuninya 10 tahun yang lalu hanya tinggal kenangan. Karena kondisi kesehatan dan usia yang sudah tidak muda lagi (66 tahun) beliau harus meninggalkan sumber penghasilan keluarga.

Empat tahun yang lalu beliau ditinggal istri tercinta yang selama ini menggantikan posisinya mencari nafkah kala pak Sarju sudah tidak mampu lagi bekerja. Semenjak istrinya meninggal itulah kehidupan pak Sarju semakin sulit. Meskipun beliau memiliki anak yang sudah berkeluarga, namun karena kondisi ekonomi purinya juga tidak berbeda jauh dengan kehidupan pak Sarju, membutnya tidak bisa membantu orang tua.

Saat ini putri beliau yang sudah memiliki dua putra statusnya juga single parent karena ditinggal kabur suaminya. Sehingga putri beliau harus menanggung sendiri biaya hidup kedua anaknya dan terpaksa harus menitipkan kedua anaknya pada pak Sarju.

Pak Sarju tinggal bersama kedua cucunya di satu bilik ruangan bekas dapur yang berdinding bambu (gedeg). Tempat tinggal yang ditempati bersama kedua cucunya merupakan bentuk kepedulian salah seorang tetangganya untuk ditempati secara gratis. Ruangan kecil tersebut multifungsi, yakni selain untuk tidur, belajar, tempat makan sekaligus tempat terima tamu. Beliau hanya memiliki satu tempat tidur (untuk bertiga), 1 meja dan 2 kursi. Kebutuhan makan sehari-hari sering beliau peroleh dari kiriman tetangga kanan-kirinya yang berempati padanya.

Kondisi kesehatan pak Sarju terus menurun, penyakit diabetes yang dideritanya mengharuskan beliau tiap dua minggu sekali kontrol ke puskesmas untuk mendapatkan obat secara gratis.

Kedua matanya mulai kabur karena penyakit katarak. Setiap malam beliau sulit tidur, beliau hanya memikirkan bagaiman nasib kedua cucunya jika dirinya meninggal dunia. Kedua cucunya duduk di kelas 6 dan kelas 2 dan termasuk salah satu siswa berprestasi di sekolahnya.

Beliau berharap jika dirinya telah tiada, ada dermawan yang mau membantu biaya sekolah kedua cucunya, penghasilan ibunya sama sekali tidak mencukupi kebutuhan hidup kedua anaknya. Apalagi sebentar lagi sang cucu mau masuk SMP, tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar