Sabtu, 09 Mei 2009

PENYERAHAN BEASISWA LMI MADIUN DI KARE, GEMARANG DAN SARADAN

Selain memberikan beasiswa di kota Madiun, LMI juga memberikan beasiswa kepada 75 anak kurang mampu dan 10 anak yatim di Kare, Gemarang, dan Saradan bersamaan dengan pemberian santunan pada Nila tanggal 14 April 2009. Di Kare kami memberikan kepercayaan kepada salah seorang relawan LMI untuk mewakili 25 anak kurang mampu dan 10 anak yatim menerima beasiswa. Kerjasama antara LMI dan relawan di Kare yang sudah terjalin selama 2 tahun menjadikan desa Kare sebagai salah satu daerah binaan LMI.

Perjalanan tim LMI pada hari itu tidak berhenti di desa Kare saja, kami masih harus melanjutkan ke daerah Gemarang. Kedatangan LMI disambut mas Lamburi yang selalu setia menemani kami ketika LMI beranjangsana di Gemarang. Kami diatar ke rumah salah satu siswa penerima beasiswa LMI. Evie Irma Agustin yang duduk di kelas 2 SD Nampu adalah salah satu nama anak yang mewakili 25 anak asuh LMI yang menerima beasiswa. Saat LMI berkunjung ke rumah Evie, kesederhanaan terlihat di keluarga tersebut.

Orang tua Evie masih tinggal serumah dengan orangtuanya. Pendapatan yang tidak pasti, membuat ekonomi keluarga ini jauh dari cukup “Kalau musim tanam dan panen yang hanya setahun sekali, saya kerja sebagai buruh tani, tapi kalau musim panen sudah usai kerja sebagai kuli bangunan saya lakukan dan itupun tidak mesti ada.” Itulah gambaran kehidupan orang tua Evie Irma Agustin. Kondisi seperti itu tidak jauh berbeda dengan anak asuh LMI lainnya yang tinggal di Gemarang.

Dari Gemarang, kami melanjutkan perjalanan ke Saradan untuk menyerahkan kembali beasiswa pada 25 anak kurang mampu. Di Gemarang kami berkunjung di rumah Very Ambarwati salah satu penerima beasiswa LMI Madiun. Penyakit polio yang dideritanya sejak kecil membuat kaki Very cacat. Penghasilan orang tuanya yang jauh dari cukup, membuat mereka tidak mampu mengobatkan sang buah hati kala penyakit polio menyerang.

Saat ini keluarga Very masih mumpang di rumah nenek Very yang dindingnya belum permanen, alas lantainya masih tanah. Setiap hari orang tua Very selalu memberis emangat pada sang buah hati untuk bersekolah, karena kondisi Very yang menderita cacat kaki membuat dirinya minder. Bekerja sebagai buruh tani dan membuka warung makanan merupakan aktivitas yang dijalani orang tua Very selama ini. Mereka punya harapan untuk bisa mengubah keadaan kondisi keluarga dengan menyekolahkan putra putrinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar