Kamis, 21 Mei 2009

UKKIN BOCAH TANPA ANUS


Enam belas tahun yang lalu lahirlah seorang bayi laki-laki di sebuah rumah yang sangat sederhana dengan bantuan seorang diukun bayi. Putra kesebelas dari dua belas besaudara, putra pasangan pak Suharto dan B.Bibit sekilas lahir tanpa kelainan. Namun empat jam setelah proses persalinan baru diketahui bahwa sang bayi lahir tanpa anus.

Betapa sedih perasaan beliau berdua melihat kondisi putranyaseperti itu. Akhirnya sang bayi dibawa ke Rumah sakit Umum dr.Soedono untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Akhirnya Ukkin kecil dioperasi, dibikinkan anus buatan dibagian perutnya.

Diperut itulah kotoran Ukkin ditampung disebuah kantong plastik, jika kantong tersebut penuh harus diganti dengan kantong baru. Kondisi ini hanya bisa bertahan saat Ukkin berusia tiga tahun. Kotoran Ukkin yang seharusnya lewat anus buatan tersebut sering keluar melalui mulutnya.

Kondisi tersebut akhirnya memaksa Dokter RSU dr.Soedono untuk melakukan tindakan operasi lagi saat Ukkin berusia tiga tahun. Anus buatan di perut Ukkin ditutup dengan jaringan kulit yang diambilkan dari kulit ibunya, dan dibikinkan anus laigi di duburnya.

Kehidupan keluarga Ukkin yang jauh dari cukup, menjadikan derita keluarga ini bertambah bebannya karena harus mengobatkan sang buah hati. Pak Suharto yang bekerja sebagai tukang becak dan Bu Bibit sebagai pembantu rumah tangga pocokan, tentu saja tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.

Keluarga ini akhirnya mengurus keterangan tidak mampu pada saat pengobatan Ukkin tidak ada beban biaya. Saat Ukkin kelas empat mendapat bantuan dari Walikota untuk dipasang cincin di dubur, sehingga biaya pemasangannya gratis.

Dunia bermain juga tidak bisa lepas dari kehidupan Ukkin, dia juga bergaul dan bermain engan anak-anak seusianya. Ejekan dan kata-kata menyakitkan sering dia terima dari tetangga maupun teman-teman sepermainannya. Kotoran yang terus keluar dari anus buatan sering menimbulkan bau meskipun dia sudah berganti celana beberapa kali.

Saat sekolah dia selalu menggunakan pempers dengan tujuan membendung keluarnya kotoran hingga tembus ke celana. Kondisi inilah yang dia tidak tahan bersekolah sampai jenjang SMP lingkungan sekolah yang tidak bersahabat membuatnya minder dan malu. Saat kelas satu SMP Ukkin memutuskan keluar dari sekolah dan menekuni sebuah usaha.

Keinginannya untuk mandiri dan tidak bergantung terus kepada kedua orang tuanya yang usianya juga semakin tua ditujukan dengan bekerja yang tidak mengeluarkan tenaga besar.

Keadaan fisik yang tidak normal membuat dirinya tidak bisa bekerja berat. Kotoran keluar terus setiap saat dari dubur buatan tersebut setiap hari dia harus ganti celana lebih dari sepuluh kali untuk menguarangi bau yang menyengat.

Kegiatannya sekarang ini berdagang burung, ayam maupun mainan anak-anak. Dia bercita-cita jika punya modal ingin buka warung, agar bisa menghidupi dirinya sendiri jika nanti orang tuanya telah tiada, apalgi saudara-saudaranya tidak ada yang peduli dengan dirinya.

Meskipun saat ini penghasilannya masih sedikit, namun yang terpenting baginya dia sudah berusaha dan belajar untuk mandiri. Bagi saya yang penting hasil yang saya dapatkan dari kerja yang halal.

Setiap bulan sekali Ukkin dengan diantar orang tuanya kontro ke RSU dr.Soetomo Surabaya, untuk mendapatkan pengobatan rutin. Terkadang kedua orang tuanya harus hutang dulu untuk biaya perjalanan dan berobat ke Surabaya

“Entah sampai kapan saya harus menjalaninya, saya hanya bisa pasrah”,Begitulah ungkapan perasaan Ukkin yang disampaikan kepada LMI. Semoga tulisan ini bisa membuka hati para dermawan untuk membantu Ukkin mewujudkan cita-citanya bisa hidup mandiri, atau mengupayakan kesembuhan dan jika mungkin kembali ke sekolah setelah sembuh nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar