Kamis, 19 Maret 2009

PROGRAM BEASISWA DAERAH TERTINGGAL


BEASISWA DHUAFA DAN SANTUNAN ANAK YATIM
DI KARE, GEMARANG DAN SARADAN


LMI Cabang Madiun kembali melebarkan sayapnya ke wilayah kabupaten Madiun dengan program peduli desa tertinggal dengan memberikan beasiswa kepada 75 anak kurang mampu 10 santunan anak yatim di Kare, Gemarang, dan Saradan. Ahad (15/3) tim LMI Madiun sebanyak 5 orang meluncur ke daerah tersebut.

Berangkat dari Madiun pukul 06.30 naik mobil carteran, pak Miftahurrohman beserta stafnya menjalankan amanah donatur untuk menyampaikan santunan dan beasiswa meskipun hari Ahad adalah hari libur.

Tujuan perjalanan kami yang pertama di daerah Kare. Dengan diantar salah seorang relawan LMI yang tinggal di Kare, kami mengunjungi tiga anak yatim penerima santunan LMI. Kami melihat langsung kondisi keluarga ketiga penerima santunan.

Kehidupan keluarga salah satu anak penerima santunan yatim begitu memprihatinkan. Karena kondisi keuangan yang jauh dari cukup dia bersama sang ibu tiap hari hanya mampu makan gatot sebagai makanan pokoknya. Sementara rumah yang mereka tinggali adalah tanah bengkok yang setiap saat mereka berdua harus siap diusir dari tempat tersebut. Sedangkan kebutuhan sehari-hari dicukupi dari penghasilan sang ibu bekerja sebagai buruh tani yang setiap hari belum tentu pulang bawa uang. Dua penerima santunan LMI berkehidupan juga tidak jauh berbeda kondisinya.

Sebelum kami meninggalkan Kare, kami menitipkan pada relawan LMI di Kare untuk membagikan beasiswa dan santunan anak yatim yang belum kami serahkan pada mereka yang sudah masuk data anak asuh LMI.

Perjalanan kami lanjutkan ke Gemarang. Daerah yang dikenal tandus dan dipenuhi pohon jati. Di Gemarang kami mengunjungi 2 anak penerima beasiswa. Kondisi sang bapak yang menjadi tulang punggung keluarga menderita stroke membuat kondisi ekonomi keluarganya jadi kekurangan. Di Gemarang kami menyerahkan 25 beasiswa kurang mampu kepada relawan LMI Gemarang untuk diberikan kepada mereka yang berhak
.
Dari Gemarang kami meluncur ke Saradan untuk memberikan secara simbolis kepada 2 anak penerima beasiswa. Kondisi rumah yang sangat sederhana, gedeg dengan perabotan kursi bambu untuk menerima tamu menunjukkan bahwa 2 keluarga tersebut kehidupannya jauh dari cukup. Pekerjaan orang tua kedua anak tersebut sebagai pembuat pot bunga yang belum tentu setiap hari ada yang membeli.

Dari perjalanan tersebut, kami banyak mendapatkan hikmah bahwa banyak sekali saudara-saudara kita hidup di bawah garis kemiskinan. Meskipun mereka miskin, tapi mereka masih punya keinginan untuk menyekolahkan putra putrinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semoga gambaran kehidupan mereka membuat kita semakin peduli pada saudara-saudara kita yang membutuhkan.

UNTUK FOTO, KLIK DI FOTO AGUS, FOTO GEMARANG, FOTO SARADAN, FOTO TRI MURNI, FOTO NILA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar