Jumat, 20 Februari 2009

SANTUNAN DHUAFA LMI MADIUN

SANTUNAN DHUAFA LMI MADIUN

UNTUK MBAH LASINEM



Kebutaan bukan halangan bagi mbah Lasinem untuk terus bersemangat menjalani hidup yang penuh dengan problematika.Saat ini beliau yang berusia 85 tahun harus menjalani hidup tanpa ditemani suami dan anak. Suami beliau sudah lama meninggal dunia karena sakit. Hingga kematian sang suami, pasangan ini tidak dikaruniai keturunan. Hidup sebatangkara sudah cukup berat bagi mbah Lasinem apalagi saat kebutaan menimpanya kira-kira setahun yang lalu. Kebutaannya berawal ketika beliau merasakan kabur jika melihat benda-benda yang ada disekelilingnya. Ditunjang keadaan ekonominya yang termasuk ekonomi lemah(miskin) membuatnya tidak ada keinginan berobat .



”Saya nggak punya uang untuk berobat, untuk makan saja dari belas kasihan orang lain. Jika masih kuat sebenarnya saya ingin bekerja lagi seperti dulu jadi tukang cuci dan seterika serta tukang bersih-bersih di rumah orang sehingga saya bisa dapat uang untuk makan dan berobat. Saya sebenarnya malu selalu dikasih orang” demikian penuturan mbah Lasinem yang disampaikan pada staff LMI yang berkunjung kerumahnya. Karena tidak diobatkan, lama kelamaan mata beliau yang semula hanya kabur berubah jadi buta hingga tidak bisa untuk melihat sama sekali.



Saat LMI Madiun berkunjung kerumahnya, kami mendapati nya sedang berbaring di sebuah ranjang kecil tanpa dialasi selembar kasur. Diatas dipannya hanya ada tumpukan kain-kain agar beliau sedikit merasakan nyaman/tidak sakit saat beliau tidur diatas dipan yang sebenarnya tidak layak dikatakan tempat tidur. Beliau tinggal di sebuah bilik kamar peninggalan dari orangtuanya. Di ruangan tersebut selain berfungsi sebagai kamar juga sekaligus tempat barang-barang yang beliau miliki antara lain satu buah kursi untuk tempat duduknya, satu meja kecil tempat meletakkan piring, gelas serta makanan dan satu kompor dan teko untuk memasak air. Kondisi semua barang-barang tersebut sebenarnya sudah tidak layak pakai. Rumah tersebut kalau hujan tidak lepas dari masalah kebocoran apalagi lantai rumah masih berupa tanah sehingga menambah kondisi kamar menjadi lembab.



Untuk makan sehari-hari beliau sering menerima bantuan dari tetangganya yang peduli untuk membantunya, baik berupa makanan maupun dalam bentuk uang. Jika makanan yang siap saji tidak ada biasanya beliau menyuruh orang membelikan nasi sedangkan untuk keperluan minum beliau minta tetangga terdekatnya karena sudah tidak mungkin lagi masak sendiri khawatir kalau beliau lalai dan lengah bisa menimbulkan kebakaran. Dengan dibantu tongkat yang selalu ada didekatnya, aktivitas pergi ke kamar mandi dan mencuci beliau lakukan sendiri. Sudah dua minggu ini beliau tidak ingin pergi terlalu jauh dari rumahnya setelah beliau jatuh masuk parit saat berjalan ingin berkunjung ke rumah tetangganya.Sampai saat ini rasa nyeri di kaki dan tangannya masih terasa akibat peristiwa tersebut. Beliau juga menyampaikan kepada LMI yang bisa dia lakukan saat ini hanya pasrah kepada Sang Pencipta.



”Bagaimanapun kondisinya saya tetap harus menjalaninya, saya hanya seorang wayang yang harus menerima keputusan sang dalang,” kata mbah Lasinem. Untuk sedikit meringankan bebannya LMI Madiun menjadikan mbah Lasinem sebagai salah satu penerima santunan dhuafa LMI Madiun yang diberikan rutin sebulan sekali. Selain memberikan bantuan uang LMI juga akan memberikan beberapa baju pantas pakai kepada beliau untuk memenuhi kebutuhan sandangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar