Sabtu, 14 Agustus 2010

“Aku Nggak Mau Merepotkan Anakku…”

“Aku Nggak Mau Merepotkan Anakku…”

Mbah Marto Daud adalah sosok laki-laki lanjut usia yang pantang menyerah pada keadaan. Meskipun usianya 80 tahun, beliau tidak mau menggantungkan hidup pada anak-anaknya. Beliau dikarunia dua orang anak yang saat ini semuanya sudah berkeluarga dan hidup pas-pasan. Mbah Marto Daud tinggal di desa Kertosari Sangen Kabupaten Madiun tinggal bersama sang istri tercinta yang berusia 60 tahun. Seminggu sekali beliau lewat di depan kantor LMI Madiun membawa lincak atau bangku dari bambu. Jalan beliau yang sudah terhuyung-huyung sambil meletakkan barang dagangannya berupa lincak, membuat kami ingin membantunya.

Saya dilahirkan sejak jaman Belanda dari keluarga miskin. Saat masih kuat pekerjaan saya seorang buruh tani yang hanya bekerja saat tanam padi dan panen saja. Ketika musim tanam dan panen selesai, saya mencoba belajar ketrampilan membuat bangku atau lincak dari bambu diajari tetangga saya, setelah saya mampu membuat sendiri akhirnya saya memutuskan untuk membuat dan menjualnya. Kegiatan ini beliau tekuni hingga detik ini. Menurut penuturannya saat ini beliau hanya bisa menyelesaikan satu bangku setiap minggunya. Bangku yang sudah jadi beliau bawa dari Kertosari hingga kota Madiun dengan berjalan kaki. Belum tentu bangku yang beliau bawa laku dibeli orang sehingga bisa dipastikan beliau pulang tidak membawa uang, bahkan beliau kembali ke rumah harus berjalan kaki sambil membawa kembali bangkunya. Kalau laku beliau hanya membawa pulang uang sebesar Rp. 45.000,- karena satu bangku seharga Rp. 45.000,- itupun kalau pembli tidak menawar. Setiap berangkat ke Madiun dia hanya bisa membawa satu bangku, karena kondisi fisiknya yang sudah tua.



“Mbah..kenapa tidak ikut anaknya saja..?” beliau menjawab, ”Aku nggak mau merepotkan mereka, aku masih kuat kerja meskipun yang aku dapatkan tidak cukup untuk sehari-hari tapi aku tetap maturnuwun pada Yang di atas.”



Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mbah Marto dibantu istrinya mencari nafkah sebagai buruih tani. Penghasilan sang istri juga tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka. Karena factor usia juga, penghasilan sang istri juga kecil. Cerita ini berdasarkan penuturan beliau saat menerima santunan dari LMI Madiun. Bagi dermawan yang ingin membantu Mbah Marto Daud bisa menghubungi LMI cabang Madiun.





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar