Jumat, 13 Agustus 2010

Sarapan Pagi dan Penyerahan Beasiswa Yatim di SDN 02 Dayakan dan SDN 03 Watubonang



















Sabtu, 01 Mei 2010 merupakan hari yang istimewa bagi LMI cabang Madiun Karen amulai pagi hingga sore hari kepala cabang beserta staffnya melakukan perjalanan ke desa-desa tertinggal yang ada di Ponorogo untuk memberikan bantuan. Dari Madiun kami berangkat pukul 05.30 naik mobil yang penuh dengan bawaan yang siap kami salurkan berupa makanan, tas, sepatu, serta pakaian. Lokasi yang kami tuju pertama kali adalah SDN 02 Dayakan yang terletak di kaki Gunung Gajah. Kedatangan kami disambut dengan wajah cerah ceria baik dari siswa maupun guru-gurunya. Dengan komando dari bapak kepala sekolah, siswa SDN 02 Dayakan dikumpulkan di halaman sekolah untuk diberikan pengarahan. Tak lupa pak Hardi selaku kepala sekolah SDN 2 Dayakan juga memberikan kesempatan kepada kepala cabang LMI Madiun untuk memperkenalkan LMI pada siswanya. Ada saat itu juga kami mengetahui ternyata 50% siswa SDN 02 Dayakan jarang sarapan pagi karena factor kemiskina, saat itu kepala cabang menanyakan kepada mereka,”Siapa yang belum sarapan..?”.





Di tempat tersebut LMI juga menyerahkan beasiswa kepada 10 anak yatim dan 160 anak lainnya menerima uang saku. Untuk mengantisipasi terjadinya siswa pingsan karena belum sarapan, kami menyerahkan bantuan sarapan pagi selama sebulan. Bantuan pembangunan gedung kelas 1 dan 2 yang kondisinya memprihatinkan dan terletak di atas bukit juga diterima bapak kepala sekolah SDN 02 Dayakan. Bantuan barang berupa buku tulis, tas dan sepatu untuk siswa juga kami serahkan secara simbolis. Di akhir kegiatankami memberikan nasi bungkus, susu, serta kue kepada semua siswa dalam kemasan acara “Sarapan Pagi dan Minum Susu Bersama Siswa SDN 02 Dayakan”.Dengan cepat sekali mereka menghabiskan sarapan pagi mereka masing-masing. “Bu.. saya senang sekali dapat seperti ini sehingga saya nggak merasa lapar saat belajar”, tutur salah satu siswa tersebut.



Perjalanan tim LMI dilanjutkan ke lereng bukit untuk kegiatan yang sama pada siswa kelas 1 dan 2 yang gedung kelasnya disebut kelas paralel dan terletak di atas bukit. Kami harus melewati jalan makadam yang di kanan kirinya jurang dan tebing dengan diantar bapak kepala sekolah dan salah satu relawan LMI yang

bertempat tinggal di Badegan. Sesampai di sana kami disambut bapak kepala UPTD yang membawahi masalah pendidikan di kecamatan Badegan. Beliau sangat berterimakasih sekali karena kepeduliaan LMI kepada







pendidikan khususnya di

desa tertinggal.

Di kelas paralel ini LMI juga memberikan uang saku dan sarapan pagi serta minum susu bersama mereka.

Mereka makan bersam di depan kelas yang masih berlantaikan tanah. Kondisi tersebut tidak mengurangi selera makan mereka.



















Selanjutnya tim LMI melanjutkan perjalanan kembali menuju SD Watubonang yang letaknya lebih atas dari kelas paralel SDN 02 Dayakan. Jalan yang berliku-liku dan berbukit membuat perjalanan kami semakin mendebarkan. Akhirnya kami sampai juga di SD 03 Watubonang. Bangunan gedungnya termasuk bagus, namun kondisi siswa yang bersekolah di tempat tersebut cukup memprihatinkan siswa banyak juga yang bersekolah tanpa sepatu dan pakaian seragam mereka juga banyak yang tidak layak pakai. Di SD 03 Watubonang LMI menyerahkan beasiswa pada 14 anak yatim dan uang saku pada 186 anak. Hampir 75% siswa yang bersekolah di tempat tersebut harus melakukan perjalanan berkilo-kilometer untuk sampai di sekolah.



Perjalanan tim LMI mulai pagi sampai sore di Ponorogo ternyata menjadikan mata hati kami semakin terbuka bahwa sesungguhnya masih banyak sekali saudara-saudara kita yang masih memerlukan bantuan kita. Penderitaan dan beban hidup mereka begitu besar. Akankah kita tetap menutup mata dan telinga melihat keadaan tersebut…???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar