Kamis, 23 Juni 2011

Siswi SD Penderita Katarak

Siswi SD Penderita Katarak

Sebuah desa kecil di kabupaten Ponorogo. Udara yang masih bersih tanpa polusi, suasana tenang tanpa gemuruh kendaraan-kendaraan raksasa, pepohonan dan bunga-bunga tumbuh subur dan segar. Di desa inilah aku tinggal bersama keluargaku. Di sebuah rumah sederhana dengan atap rendah, berdinding papan kayu dan beralas semen yang pengap dan sedikit gelap karena kurang ventilasi. Tempat tinggal yang bagi sebagian orang dianggap belum layak, tapi bagaimanapun aku merasa nyaman tinggal dan belajar di rumah ini. Rumah milik keluargaku sendiri, dengan pekarangan yang cukup untuk halaman bermain aku dan adik-adikku. Halaman yang indah dengan beberapa macam bunga dan teduh oleh rimbunnya pohon. Aku senang tinggal di desa kecil yang nyaman ini.

Di desa ini aku menuntut di sebuah Sekolah Dasar. Aku melewati hari-hariku bersama siswa-siswi lain. Meskipun aku memiliki keterbatasan dalam penglihatan,tapi aku tak akan putus asa mengejar cita-citaku. Aku memang berbeda dengan teman-teman sebayaku. Panca inderaku tidak sempurna. Aku menderita katarak. Penyakit ini sudah lama menemaniku, sejak aku kecil hingga beranjak remaja. Aku tak bisa melihat dengan jelas tanpa bantuan kaca mata. Semakin lama aku merasakan mataku jadi semakin parah saja. Kaca mata yang kupakai juga sudah sangat tebal. Kalau masih SD saja aku sudah memakai kaca mata setebal ini, bagaimana kalau aku dewasa nanti?

Cobaan ini akan berakhir kalau mataku dioperasi. Tapi bagaimana mungkin? Keluargaku bukan golongan keluarga yang mampu. Tak mungkin punya cukup biaya untuk operasi. Sehari-hari kami biasa hidup serba bersahaja, karena hanya itulah yang bisa kami usahakan. Untuk biaya perawatan mataku yang sakit saja, ibuku tak sanggup mengusahakannya. Alhamdulillah, guru-guruku di sekolah peduli padaku. Mereka membawaku keluar pada jam sekolah untuk memeriksakan mataku yang sakit. Hal ini membuat kondisi mataku sedikit lebih baik walaupun belum bisa sembuh. Syukurlah sampai saat ini aku masih bisa melihat dengan alat bantu, jadi aku bisa tetap mengikuti pelajaran di sekolah.

Aku akan terus semangat belajar. Dari sekolah ini perjalananku meraih mimpi akan kumulai. Dengan giat belajar, aku yakin cita-citaku bisa terwujud. Aku sangat ingin menjadi dokter. Sebenarnya aku masih bingung ingin menjadi dokter spesialis apa, tapi bagiku sekarang yang penting dokter, dokter apa saja. Jika aku jadi dokter, aku bisa menolong orang, aku bisa menyembuhkan pasien, aku juga bisa membiayai sekolah adik-adikku yang masih kecil. Aku juga ingin menolong anak-anak yang sakit seperti aku, supaya mereka sembuh dan bisa belajar dengan lebih nyaman. Mungkin kalau aku sudah besar, aku akan lebih bisa menentukan mau jadi dokter spesialis apa nanti. Kemudian orang-orang akan memanggil aku bu dokter.

Tapi... kata orang untuk jadi dokter butuh biaya yang sangat besar. Biaya dari mana... Apa aku bisa tetap jadi dokter dan menolong orang sakit? Untuk membiayai sekolahku yang baru SD saja ibu sudah sangat kesulitan. Ditambah lagi dengan kondisi mataku yang sakit katarak, apa penyakitku tidak akan menghambat nanti? Bagaimana aku akan menolong orang sakit kalau mataku saja tidak bisa melihat dengan jelas.. Kaca mata yang kupakai saat ini, walaupun cukup membantu penglihatanku, tapi tetap saja tidak bisa maksimal dan bahkan mengganggu. Apalagi lensanya yang semakin menebal seiring dengan perkembangan mataku, aku merasa tidak nyaman memakainya. Tapi jika kutanggalkan, aku malah tak bisa melihat apa-apa dan beresiko membuat mata ini jadi semakin parah. Namun jika terus-menerus memakai kaca mata ini, kepalaku yang tidak kuat karena sering pusing. Aku tak tahu harus bagaimana lagi...

Yang harus kuingat sekarang adalah bahwa aku harus sabar. Aku yakin jika waktunya tiba nanti, ujian ini pasti berakhir. Aku akan terus berdo’a pada Alloh, semoga Dia memberiku jalan keluar. Aku belum tahu sampai kapan aku harus bertahan dalam kondisi semacam ini, tapi aku akan tetap menjalaninya dengan ikhlas. Aku akan terus melangkah menapaki jalan yang harus kutempuh. Insyaalloh suatu saat mimpiku akan jadi kenyataan ketika Alloh mengabulkan do’aku. Amiin..

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar